Kunci Jawaban

Latihan Soal TKA Bahasa Indonesia Kelas 12 SMA dan Kunci Jawaban, Tes Kemampuan Akademik Siswa

Artikel kali ini akan menyajikan selengkapnya contoh soal dan kunci jawaban Tes Kemampuan Akademik Siswa (TKA) yang bisa digunakan sebagai referensi

Tribunsumsel.com
ILUSTRASI KUNCI JAWABAN SISWA - Inilah Latihan Soal TKA Bahasa Indonesia Kelas 12 SMA dan Kunci Jawaban, Tes Kemampuan Akademik Siswa 

Kunci Jawaban: A. Ancaman plastik terhadap lautan.

3. Mengapa lautan menghadapi ancaman pada 2050?

Pilihlah jawaban yang benar! Jawaban benar lebih dari satu.

A. Sampah plastik di laut akan lebih banyak daripada jumlah ikan.
B. Lautan akan terus mengalami pemanasan dan semakin asam.
C. Manusia terus memompa lebih banyak CO2 ke atmosfer.
D. Jumlah ikan yang terancam punah semakin banyak.
E. Penggunaan plastik terus meningkat dan tidak dikelola dengan baik

Kunci Jawaban: A. Sampah plastik di laut akan lebih banyak daripada jumlah ikan.
B. Lautan akan terus mengalami pemanasan dan semakin asam.
E. Penggunaan plastik terus meningkat dan tidak dikelola dengan baik

4. "Solusi tersebut tidak mudah."

Mengapa penulis menggunakan kalimat tersebut pada teks?

Tentukan Benar atau Salah untuk setiap pernyataan berikut!

A. Menginformasikan kepada pembaca bahwa pemecahan masalah sampah merupakan tanggung jawab utama kita sebagai masyarakat sipil sehingga sulit untuk diselesaikan. (Benar/Salah)
B. Menunjukkan kepada pembaca bahwa permasalahan sampah plastik sangat rumit dan tidak bisa diselesaikan dalam jangka waktu singkat. (Benar/Salah)
C. Membuktikan kepada pembaca bahwa permasalahan sampah yang rumit disebabkan pemecahan masalah yang bergantung pada perekonomian negara berkembang. (Benar/Salah)

Kunci Jawaban: A. Benar
B. Benar
C. Salah

Bacalah teks di bawah ini untuk menjawab soal nomor 5-7

"E...gurumu itu orang desa ini juga. Pasti tahu bahwa saat ini musim maddongi (mengusir burung saat buah padi mulai menguning). Besok kau menghadap, sampaikan bahwa kau membantu Ayah di sawah. Nah, pasti gurumu mengerti mengapa kamu tidak ke sekolah.”

Aku terpana. Jawaban Ayah benar-benar membuatku hampir menangis histeris. Bagaimana tidak. Lomba semakin dekat, sementara masih banyak materi yang belum aku paham. Terbayang aku akan hancur dan tidak bisa bersaing dengan siswa sekolah lain. Ingin rasanya aku berteriak agar Ayahku tahu bagaimana kacaunya pikiranku. Namun, aku sadar bahwa ini adalah perbuatan yang tidak akan menyelesaikan masalah. Malah akan semakin membuat Ayahku geram. Otakku terus berpikir untuk mencari solusi terbaik. Sambil berjalan mengikuti Ayah dari belakang, aku mulai menyusun strategi. “Bagaimana kalau aku ke rumah iyye-ku (nenek), menyampaikan masalahku ini. Ya, hanya dia yang mampu menundukkan Ayah.”

Esok harinya, sepulang sekolah, kuayunkan sepedaku menuju rumah iyye-ku.

“Kenapa kamu lesu?” Iyye menanyakan keadaanku. Aku pun menceritakan semuanya kepada iyye.

“Ya sudah, tidak usah sedih. Nanti kusampaikan pada ayahmu. Kau ke dalam, makan dulu, baru pulang,” ujar iyye-ku.

Halaman 2/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved