PPG

2 Jawaban Cerita Reflektif, Anda Telah Mengetahui Bahwa Penting bagi Guru untuk Menjadi Teladan

Dalam kapasitas sebagai seorang guru Pendidikan Pancasila, saya menyadari bahwa menjadi teladan bukan sekedar berbicara tentang nilai-nilai, tetapi m

Tribunsumsel.com
ILUSTRASI PPG 2025 - Berikut adalah 2 Jawaban Cerita Reflektif, Anda Telah Mengetahui Bahwa Penting bagi Guru untuk Menjadi Teladan. Bisa Ibu/Bapak Guru gunakan sebagai referensi. 

TRIBUNSUMSEL.COM - Simak kunci jawaban soal "Anda telah mengetahui bahwa penting bagi Guru untuk menjadi teladan. Mari mencoba membuat rencana pembelajaran dikaitkan dengan Pembelajaran Sosial Emosional, yang berbasis Empathy. Mindfulness, Compassion, Critical Incuiry..."

Pertanyaan diatas merupakan bagian dari soal Cerita Reflektif Modul 1 PSE Topik 2: Guru Sebagai Teladan, Subtema 7 dengan materi Aksi Nyata Guru Sebagai Teladan.

Adapun pertanyaan ini akan Ibu/Bapak Guru temukan saat mengikuti Pembelajaran Mandiri dalam PPG Guru Tertentu Tahap 3 Tahun 2025 di Ruang GTK hingga tanggal 10 November mendatang.

Referensi jawaban ini dibuat untuk digunakan Ibu/Bapak Guru sebagai acuan dalam menyelesaikan tugas Pembelajaran Mandiri.

Dilansir dari kanal youtube Catatan Mentor ASN dan beberapa pembelajaran lainnya (2/10) berikut adalah sajian kunci jawaban Modul 1 PSE Topik 2 Subtema 7 Cerita Reflektif, lengkap.

===================

Pembelajaran Modul 1 PSE Topik 2 Subtema 7 - Aksi Nyata Guru Sebagai Teladan

>> Cerita Reflektif

[Pertanyaan:]

Anda telah mengetahui bahwa penting bagi Guru untuk menjadi teladan. Mari mencoba membuat rencana pembelajaran dikaitkan dengan Pembelajaran Sosial Emosional, yang berbasis Empathy. Mindfulness, Compassion, Critical Incuiry.

[Jawaban:]

#Referensi Jawaban (1)

Dalam kapasitas sebagai seorang guru Pendidikan Pancasila, saya menyadari bahwa menjadi teladan bukan sekedar berbicara tentang nilai-nilai, tetapi menunjukkan bagaimana nilai itu diwujudkan dalam tindakan nyata sehari-hari. 

Saya kini berusaha mengubah pendekatan saya di kelas, tidak hanya menyampaikan materi secara kognitil, tetapi juga menghadirkan nilai nilai empati, perhatian penuh (mindfulness), kasih sayang (compession), dan berpikir kritis (critical inquiry) dalam proses belajar. 

Suatu ketika, saya menghadapi situasi dimana ada seorang murid yang terus menunjukkan sikap acuh dalam diskusi kelas. Alih-alin langsung menegurnya, saya mencoba mendekatinya secara pribadi menanyakan kabarnya, dan mendengarkan keluhannya tanpa menghakimi. 

Saya temukan fakta ternyata dia sedang menghadapi masalah keluarga yang cukup berat. Saat itu saya sadar, inilah kesempatan saya menerapkan compassion dan mindfulness dalam praktek. 

Saya lalu menyusun rencana pembelajaran yang memungkinkan seluruh murid mengembangkan empati can berpikir kritis melalui topik "Menerapkan Nilai Kemanusiaan dalam Kehidupan Sehari-hari". 

Kami memulai pembelajaran di kelas dengan refleksi singkat tentang perasaan masing-masing, lalu menyaksikan sebuan video dokumenter mengenai anak-anak korban bencana. 

Proses diskusi kelompok digelar untuk mengkritisi bagaimana negara dan masyarakat dapat berperan aktif dalam menciptakan keadilan sosial. 

Siswa siswa tidak hanya belajar tentang sila kedua Pancasila, tapi mereka juga belajar merasa, memahami, dan bertindak dengan hati nurani. Sejumlah siswa bahkan menulis surat dukungan untuk anak-anak yang terkena dampak bencana, bentuk kecil namun tulus dari empati yang tumbuh. 

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved