Polisi Bantu Tunawisma di Palembang

Viral Tunawisma di Palembang Jalan Kaki Bawa Jasad Bayinya Lalu Diusir Mertua, Terkuak Fakta Pilunya

Kisah pasutri tunawisma di Palembang Joko (40) dan Noviyanti (29) yang tak ada biaya memakamkan bayinya bahkan diusir mertua viral.

TRIBUNSUMSEL.COM/RACHMAD KURNIAWAN
TUNAWISMA -- Joko (42) dan Novi Yanti (29) Pasutri tunawisma yang berjalan kaki membawa jenazah bayinya setelah ditolak mertua saat dijumpai di SPKT Polda Sumsel, bersama KA Siaga AKP Sutioso, Sabtu (20/9/2025) malam. Joko bercerita anak yang pertama juga meninggal saat umurnya masih kecil. 

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG -- Kisah pasutri tunawisma di Palembang bernama Joko (40) dan Noviyanti (29) yang tak ada biaya memakamkan bayinya bahkan diusir mertua kini menarik perhatian publik.

Tunawisma adalah istilah untuk menyebut orang yang tidak memiliki tempat tinggal tetap. Mereka biasanya hidup berpindah-pindah atau tinggal di tempat umum yang bukan hunian layak, misalnya di jalanan, kolong jembatan, terminal, stasiun, atau bangunan terbengkalai.

Sebelumnya, beredar video saat Joko didampingi sang istri terpaksa menggendong jenazah bayinya pasca diusir dari rumah mertua. 

Bayi perempuannya meninggal setelah 20 hari lahir karena sesak napas, yang sebelumnya dirawat di RSUD Palembang BARI. 

Ternyata hal ini bukan pertama kali ia harus kehilangan anak, karena sebelumnya Joko juga kehilangan anaknya yang meninggal.

"Ini anak yang kedua. Yang pertama juga meninggal pas usianya masih kecil, waktu itu saya masih kerja," ujar Joko saat dijumpai di SPKT Polda Sumsel, Sabtu (20/9/2025) malam.

Baca juga: Pulang Jalan Kaki Bawa Jasad Bayinya, Tunawisma di Palembang Diusir Mertua, Akhirnya Dibantu Polisi

Baca juga: Klarifikasi RSUD Bari Bantah Kabar Telantarkan Jenazah Bayi Tunawisma di Palembang, Ungkap Kronologi

Menikah sudah lebih dari tiga tahun, saat ini sehari-hari ia bertahan hidup hanya dengan mengharapkan belas kasihan dari orang lain di jalanan.

Hal itu baru ia lakukan semenjak 3 bulan terakhir, padahal istrinya sedang hamil besar.

"Dulu saya kerja kuli bangunan, semenjak tiga bulan ini sudah tidak kerja lagi makanya sekarang cuma minta-minta di jalan. Nyari-nyari biaya sendiri untuk istri," kata pria asal Blitar, Jawa Timur itu.

Karena tak punya tempat tinggal, Joko dan istri selalu berpindah-pindah tempat dan bertahan hidup seadanya.

Raut wajah lesu dan suara pelannya mengungkap beratnya hidup yang ia jalani dengan segala keterbatasan dan serba kekurangan.

Terlebih lagi bayi perempuannya yang baru berumur 20 hari meninggal dunia.

"Waktu di rumah sakit kami minta bantu dimakamkan anak saya. Tapi pihak rumah sakit tidak mau, dengan alasan kami masih ada keluarga. 'Kok kayak gini hidup' kata saya," tuturnya.

Pihak rumah sakit BARI menyiapkan ambulans untuknya dan istri supaya diantar ke rumah mertua Joko di kawasan 10 Ilir.

Tapi karena akses jalannya kecil, Joko minta diturunkan di seputaran bundaran air mancur.

"Tapi pas tiba di rumah mertua, mereka kayak gak terima. Kami diusir sampai dibilang bawa mayat," katanya.

Beruntungnya Joko yang sedang menggendong jenazah bayinya bertemu dengan seorang anggota Polsek Kertapati, Aipda Alimin yang membantunya.

Sebab pasutri itu terlihat kebingungan di depan Masjid Agung SMB Jayo Wikramo.

Lalu ia diantar Aipda Alimin ke SPKT Polda Sumsel. Bersama anggota piket, Joko dan keluarga kecilnya dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara.

Kemudian jenazah bayinya dimakamkan AKP Sutioso KA siaga regu 2 SPKT Polda Sumsel di TPU Kamboja.

 

 

 

Baca artikel menarik lainnya di Google News

Ikuti dan bergabung di saluran WhatsApp Tribunsumsel

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved