Berita Viral
Tangis Adik Tahu Arjuna Tamaraya Tewas Mengenaskan di Keroyok di Masjid Sibolga, Saya Tidak Terima
Cahaya Amonta, adik Arjuna Tamara tak kuasa menahan tangis sang kakak tewas dikeroyok oleh lima orang di Masjid Agung Sibolga.
Penulis: Laily Fajrianty | Editor: Kharisma Tri Saputra
Ringkasan Berita:
- Cahaya adik Arjuna tak kuasa menangis kakak tewas dikeroyok saat di Masjid Agung Sibolga.
- Ia meminta kasus kematian kakaknya diusut sampai tuntas.
- Arjuna tewas dikeroyok 5 orang saat beristirahat di Masjid.
TRIBUNSUMSEL.COM - Cahaya Amonta, adik Arjuna Tamara tak kuasa menahan tangis sang kakak tewas dikeroyok oleh lima orang di Masjid Agung Sibolga.
Saat hadir dalam podcast Serambinnews, Cahaya mengaku hatinya hancur saat mendengar kabar duka sang abang meninggal dunia dengan cara yang begitu kejam.
Ia tak menyangka sang kakak tewas, padahal tengah menumpang beristirahat di Masjid.
"Saya tidak menyangka ada orang yang tega mengeroyok abang saya sampai meninggal. Padahal ia hanya menumpang istirahat di masjid. Siapa pun berhak istirahat di masjid. Bahkan untuk ke toilet pun kita kadang permisi ke masjid. Saya sangat terpukul dan tidak terima," katanya.
Tak hanya dirinya yang terpukul, sang ibu juga menangis saat mendengar kabar sang kakak tewas.
"Mama menangis saat tahu abang sudah tiada. Bunda dan kakak yang mengabari," katanya.
Lebih lanjut, Cahaya berbagi kisah hidup Arjuna sebelum peristiwa naas itu terjadi.
Baca juga: Dek, Abang Berangkat’, Ucapan Terakhir Arjuna Sebelum Tewas Dikeroyok di Masjid, Pamit Cari Nafkah
Ia menceritakan bagaimana sang abang merantau dengan niat beribadah dan mencari rezeki halal.
"Dia selalu bilang, jangan takut susah. Yang penting tetap jujur dan berdoa,” kenang Cahaya.
Kini, pihak keluarga pun meminta para pelaku diberikan hukuman setimpal dan hukum berlaku seadil-adilnya.
"Harapan saya kepada penegak hukum, agar kasus ini diselesaikan dengan tuntas. Berikan hukuman yang setimpal, dengan jujur dan sebaik-baiknya," tegasnya.
Ia pun berharap kejadian ini menjadi pelajaran agar tidak menilai seseorang dari luarnya saja.
"Semoga ini menjadi pembelajaran untuk kita semua, bukan hanya warga Sibolga. Juga bagi pelaku. Jangan menilai orang dari luarnya saja. Kalau ada masalah, bicarakan baik-baik. Kita tidak tahu apa yang sedang dialami seseorang. Bisa jadi ia butuh bantuan atau sekadar ingin menenangkan diri. Jangan semena-mena terhadap orang lain," katanya.
Sosok yang Royal
Dalam kesempatan itu juga Cahaya Amonta mengenang sosok kakak yang menjadi pelindung sekaligus sahabatnya tempat berbagi cerita.
Ia mengenang Arjuna sebagai abang yang tangguh, penyayang, dan sedikit jail, namun selalu punya cara membuat keluarga tertawa.
Tak hanya itu, Arjuna ternyata tulang punggung dan kepala keluarga.
Arjuna juga merupakan anak satu-satunya laki-laki dari empat bersaudara.
"Abang saya pribadi yang baik dan tangguh. Kadang menjengkelkan karena suka gangguin adik-adiknya. Tapi ia royal kalau punya uang. Sering kirim uang jajan untuk saya, ajak jalan-jalan. Banyak yang bilang ia baik sering bantu orang sekitar. Namanya saudara, kadang kami juga kelahi, tapi cepat baikan," kata Cahaya, adik Arjuna dilansir Youtube Serembinews.com
Pamit ke Adik
Sebelum tewas dikeroyok, Arjuna sempat pamit ke sang adik lewat handphone.
"Pada Rabu (29/10/2025), abang pamit ke saya lewat telepon. Saya saat itu sedang di perpustakaan," kata Cahaya.
"'Dek, abang berangkat ya selama tiga bulan ikut kapal viser.” Saya jawab, “Hati-hati ya bang, baik-baik di sana," sambungnya.
Dikatakan Cahaya, sang kakak sempat bilang agar saya menjaga diri di Banda Aceh.
"Saya tanya kapan pulang, katanya mungkin sebelum puasa, sekitar bulan Januari. Itu terakhir kami teleponan," jelasnya.
Menurut Cahaya, sang kakak biasa memilih ngekos di Sibolga, namun saat itu Arjuna memilih tidur di Masjid.
"Sebenarnya abang bilang hari Rabu itu berangkat ke laut. Tapi tidak tahu kenapa bisa ada di Masjid Agung.
Kami tidak tahu kalau abang tidur di masjid. Ia biasanya ngekos di Sibolga, bayar per bulan. Karena rencana mau melaut, ia tidak bayar kos dan memilih istirahat di masjid, tepatnya di kawasan Gudang Tobu," tandasnya.
Cahaya menuturkan sebenarnya ada keluarga di Sibolga, namun kakaknya merasa malu menumpang untuk tidur lantaran sudah sering meminta tolong.
"Mungkin karena sudah sering ditolong, ia merasa tidak enak. Jadi ia memilih tidur di masjid. Saat kejadian, abang dipukul di kepala dan perutnya diinjak. Saya sendiri belum sanggup menonton videonya," katanya.
Pihak keluarga pun meminta para pelaku diberikan hukuman setimpal dan hukum berlaku seadil-adilnya.
"Harapan saya kepada penegak hukum, agar kasus ini diselesaikan dengan tuntas. Berikan hukuman yang setimpal, dengan jujur dan sebaik-baiknya," tegasnya.
Kronologi
Sebelumnya, Kasat Reskrim Polres Sibolga AKP Rustam Silaban menjelaskan bahwa korban adalah seorang musafir yang hendak beristirahat di masjid.
Namun, seorang pelaku berinisial ZP alias A (57) melarang korban tidur di sana.
Arjuna tetap ingin beristirahat sehingga memicu kemarahan ZP yang kemudian memanggil empat kawannya, termasuk HB alias K (46) dan SS alias J (40).
Peristiwa bermula saat korban Arjuna Tamaraya hendak beristirahat di area Masjid Agung Sibolga untuk menunggu waktu subuh tiba.
Tiba-tiba seorang pelaku berinisial ZP Alias A (57), melarang korban untuk tidur di area dalam masjid.
Beberapa saat kemudian, ZP melihat korban tetap beristirahat di dalam masjid.
Merasa tersinggung, ZP lantas memanggil empat temannya, termasuk pelaku berinisial HB Alias K (46) dan SS Alias J (40).
Para pelaku lantas memukul dan menyeret tubuh korban keluar.
Dalam keadaan tak berdaya, kepala korban terbentur di anak tangga masjid.
Keberingasan para pelaku tak berhenti di sana.
Tubuh korban pun diinjak dan dilempar menggunakan buah kelapa.
"Korban dipijak dan dilempar menggunakan buah kelapa oleh salah satu pelaku hingga mengalami luka parah di bagian kepala," kata Kasat Reskrim Polres Sibolga AKP Rustam Silaban dilansir dari Tribunmedan.com, Minggu (2/11/2025).
Setelah itu, para pelaku membiarkan begitu saja tubuh korban di tepi jalan dan beberapa jam kemudian tubuhnya ditemukan orang yang melintas.
"Korban dipijak dan dilempar menggunakan buah kelapa oleh salah satu pelaku hingga mengalami luka parah di bagian kepala," kata Kasat Reskrim Polres Sibolga AKP Rustam Silaban dilansir dari Tribunmedan.com, Minggu (2/11/2025).
Setelah itu, para pelaku membiarkan begitu saja tubuh korban di tepi jalan dan beberapa jam kemudian tubuhnya ditemukan orang yang melintas.
Marbot masjid, Alwis Janasfin Pasaribu (23) bergegas ke lokasi setelah melihat rekaman CCTV ada orang berkerumun di area parkir melalui CCTV.
Korban kemudian dibawa ke RSUD Dr FL Tobing Sibolga untuk mendapatkan pertolongan medis.
Namun, nyawanya tak tertolong dan korban dinyatakan meninggal dunia pada Sabtu (1/11/2025) pukul 05.55 WIB.
Tukang Sate Provokator
Pengeroyokan itu rupanya dipicu oleh fitnahan seorang tukang sate yang menuduh Arjuna Tamaraya mencuri kotak infak di masjid.
Jefri merupakan penjual sate di belakang masjid agung.
Adapun kelima tersangka pengeroyokan yakni Chandra Lubis alis CL (38), Rismansyah Efendi Caniago alias REC (30), Zulham Piliang alias ZP (57), Hasan Basri alias HB (46) alias Kompil, dan Syazwan Situmorang alias SS (40) sudah ditangkap pihak kepolisian.
Hal tersebut diketahui dari pengakuan saksi mata berinisial MZ yang diwawacarai Tribunmedan.com, selasa (4/11/2025).
MZ merupakan warga sekitar lokasi kejadian. Ia tak mau identitasnya terungkap karena alasan kenal dengan para pelaku.
Bermula dari Kompil, satu dari lima pelaku dini hari itu mengaku mendengar Arjuna teriak di Masjid Agung Sibolga.
"Jadi ceritanya si Kompil inilah yang pertama kali melihat korban di dalam masjid. Dia dengar teriakan dan ternyata itu dari korban," ucap MZ
Setelah mendengar teriakan itu, Kompil kemudian memanggil rekannya Jefri alias Cokme.
Jefri merupakan penjual sate di belakang masjid agung.
Dari mulut Cokme si penjual sate. Ia memanggil keponakannya bernama Juan, dan dua pelaku lainnya, Risman dan Iccan.
"Jefri alias Cokme masuk ke masjid. Dia kemudian pergi untuk memanggil tiga pelaku lainnya," katanya.
Mereka langsung menghajar hingga menyeret korban.
Padahal sebelumnya, Arjuna hanya lah seorang musafir yang hendak istirahat di masjid.
Arjuna bahkan sempat diberikan makan nasi goreng oleh sang penjual untuk mengisi perut.
Sebelumnya, dari rekaman CCTV, korban usai dianiaya sempat diseret pelaku keluar masjid.
Ia kemudian ditemukan warga tergeletak dengan kondisi luka robek dibagian pelipis wajah di halaman Masjid Agung Sibolga, Kelurahan Pasar Belakang, Kota Sibolga.
Pria asal Kelurahan Kalangan, Kabupaten Tapanuli Tengah (Tapteng) sempat dilarikan warga ke Rumah Sakit Umum Daerah Kota Sibolga.
Namun nyawanya tidak dapat tertolong. Arjuna dinyatakan meninggal dunia pada Sabtu (1/11/2025) pukul 05.55 WIB.
Kasus pengeroyokan hingga tewas tersebut lalu dilaporkan ke pihak kepolisian dengan nomor: LP/A/8/X/2025/SPKT.SATRESKRIM/POLRES SIBOLGA/POLDA SUMUT, pada tanggal 31 Oktober 2025.
Baca berita Tribunsumsel.com lainnya di Google News
Ikuti dan Bergabung di Saluran Whatsapp Tribunsumsel.com
| Modus Penggerebekan Narkoba, Ini Sosok Iptu TSH, Perwira Polisi Diduga Peras Pengusaha Batam Rp1 M |
|
|---|
| Kisah Pilu Warga Baduy Dibegal saat Jualan Madu, Gegara Tak Punya KTP Rumah Sakit Tolak Rawat |
|
|---|
| Curhat Budianto, Pengusaha Batam Ditodong Pistol & Diperas Rp 1 M Oknum TNI-Polri hingga Trauma |
|
|---|
| 'Dek, Abang Berangkat’, Ucapan Terakhir Arjuna Sebelum Tewas Dikeroyok di Masjid, Pamit Cari Nafkah |
|
|---|
| Tuduh Korban Mencuri dan Panggil Warga, Penjual Sate Jadi Provokator Penganiayaan di Masjid Sibolga |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.