Berita Viral
Bupati Kendal Soroti Kasus Kakak Beradik Tahan Lapar 28 Hari Disamping Jasad Ibu, Singgung Empati
Bupati Kendal, Dyah Kartika Permanasari turut menyoroti kasus ibu tewas membusuk
Ringkasan Berita:
- Bupati Kendal Dyah Kartika kunjungi dua anak korban yang dirawat usai 28 hari menahan lapar.
- Pemkab Kendal siapkan pelatihan kerja dan bantuan alat agar Putri dan Intan bisa mandiri.
- Dyah imbau perangkat desa lebih peka terhadap warga yang mulai menutup diri secara sosial.
TRIBUNSUMSEL.COM -- Bupati Kendal, Dyah Kartika Permanasari turut menyoroti kasus ibu tewas membusuk dirumahnya dan ditemani dua anak menahan lapar selama 28 hari.
Adapun Dyah Kartika langsung mengunjungi kakak adik bernama Putri dan Intan di rumah sakit.
Sang bupati menyebut keduanya sebagai anak berbakti yang memegang teguh pesan ibunya meski dalam kondisi sulit.
“Sampai ibunya meninggal, mereka tetap menungguinya karena tidak mau merepotkan tetangga,” ujar Dyah melansir dari Kompas.com, selasa (4/11/2025).
Dyah menginstruksikan Dinas Sosial Kendal untuk memberikan pendampingan dan pelatihan keterampilan bagi keduanya.
“Nanti akan dititipkan ke Panti Margi Utomo, di sana akan diberi pelatihan kerja agar bisa mandiri. Setelah itu, Pemkab akan bantu peralatan kerja supaya mereka bisa bekerja dari rumah,” jelasnya.
Ia juga menegaskan bahwa seluruh biaya perawatan ditanggung oleh BPJS yang kini sudah diaktifkan kembali.
“Semoga mereka segera pulih, bisa bersosialisasi kembali, dan berani meminta bantuan tetangga jika kesulitan,” kata Dyah.
Lebih jauh, Dirinya juga mengimbau agar perangkat desa lebih memperhatikan warga yang mulai menampilkan gelagat perubahan dalam bersosial.
Ia meminta agar Pemdes meningkatkan pengawasan ke setiap lini masyarakat.
"Saran dan masukan, terutama perangkat desa dari RT RW jika ada warga yang menutup diri, masyarakat harus ada empati. Jangan sampai malah tidak diketahui," tuturnya.
Klarifikasi Kades Bebengan
Kades Bebengan Kecamatan Boja Kabupaten Kendal, Wastoni membantah jika tetangga maupun perangkat desa tak mengindahkan kondisi keluarga Setianingsih.
"Di medsos itu sempat ramai katanya tetangga tidak peduli dan sebagainya," kata Wastoni, dikutip Tribunjateng.com
Wastoni mengatakan keluarga Setianingsih dipandang sebagai kalangan mampu di desanya.
Setiap sebulan sekali, selalu ada becak yang membawa barang belanja ke rumah Setianingsih.
Keluarga Setianingsih juga dikenal aktif bersosialisasi terutama dalam kegiatan desa termasuk PKK.
"Itu enggak benar kalau tidak peduli. Bahkan proses mengurus jenazah pun kami sucikan sebagaimana mestinya," ungkapnya.
Menurut Wastoni, Putri sempat beli roti sebanyak Rp 100 ribu di toko kelontong dekat rumah pada Jumat (3/10/2025).
Roti itu, katanya akan dimakan bersama adik dan ibunya.
Namun setelahnya, tetangga tak lagi melihat Putri keluar rumah lagi.
Rumah Setianingsih selalu tertutup, dengan lampu yang menyala saat malam hari.
"Katanya ibunya sudah tidak mau makan, la terus dibelikan roti itu, ada tetangga yang lihat,"
"Warga tahunya keluarga ibu Setianingsih itu orang mampu, tapi sejak itu tidak keluar rumah. Lampu nyala pas malam, setelah pukul 9 malam, lampu dimatikan lagi." paparnya.
Sementara itu, Bupati Kendal Dyah Kartika Permanasari mengimbau agar perangkat desa lebih memperhatikan warga yang mulai menampilkan gelagat perubahan dalam bersosial.
Ia meminta agar Pemdes meningkatkan pengawasan ke setiap lini masyarakat.
"Saran dan masukan, terutama perangkat desa dari RT RW jika ada warga yang menutup diri, masyarakat harus ada empati. Jangan sampai malah tidak diketahui," tuturnya.
Ditemukan lemas
Sebelumnya, Putri Setya Gita Pratiwi (23) dan Intan Ayu Sulistyowati (19), merupakan warga Dusun Songopuro, Desa Bebengan, Kecamatan Boja, Kendal.
Mereka berhari-hari menunggui jenazah ibu mereka, Setyaningsih (51), tanpa memberi tahu tetangga dan tanpa makan. Hanya bertahan dengan minum air putih.
Putri mengaku mulai tidak makan sejak 4 Oktober 2025 ketika ibunya jatuh sakit.
Setyaningsih, ibunya lantas meninggal pada 13 Oktober 2025 dan sempat berpesan agar tidak merepotkan tetangga.
“Ibu tidak ingin merepotkan tetangga. Pesan itu, kami pegang. Saya dan adik, tidak memberi tahu tetangga,” kata Putri.
Putri menutup rapat rumah. Ia dan adiknya tidak keluar membeli makanan dan hanya minum air sumur yang direbus.
Pada Sabtu (1/11/2025), tetangga mendobrak pintu rumah setelah mencium bau tidak sedap.
Saat itu, sudah 28 hari kakak beradik tersebut tidak makan apapun dan hanya mengonsumsi air putih.
“Setelah itu, kami dibawa ke rumah sakit. Saya tidak tahu selanjutnya,” katanya
Putri bercerita, keluarga pindah dari Semarang ke Boja pada 2019 setelah ayahnya meninggal pada 2017 silam.
Mereka hidup dari uang pesangon sang ayah yang dulu bekerja di perkebunan sawit di Kalimantan.
Sampai dengan Senin (3/11/2025) kemarin, kakak beradik itu masih dirawat di Rumah Sakit Muhammadiyah Boja.
(*)
| Tampang Bambang Ojol Tinggalkan Penumpang Usai Kecelakaan Berujung Tewas, Kini Jadi DPO |
|
|---|
| Dua Motor dan Satu Mobil Tertabrak Kereta Api di Prambanan, 3 Orang Meninggal dan 4 Dirawat di RS |
|
|---|
| Pengakuan Zulham Satu dari 5 Pelaku Keroyok Arjuna Tamaraya di Masjid Agung Sibolga, Tersinggung |
|
|---|
| Nasib Siswa Live Tiktok Soal TKA 2025 Termasuk Pelanggaran Berat, Terancam Sanksi Dapat Nilai 0 |
|
|---|
| Malu Punya Anak dari Suami yang Berbeda, Ini Sosok Wanita di Banyuwangi Kubur Bayi Kondisi Hidup |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.