Berita Viral

Ngaku Lelah Mengurus Istri, Sunardi Bekap Istri yang Strok hingga Tewas di Bali, Diduga Depresi

Tega menghabisi nyawa istrinya sendiri yang tengah menderita sakit strok dan kini harus berurusan dengan hukum, seorang pria paruh baya di Bali. 

Freepik
ILUSTRASI DIBORGOL - Ilustrasi pelaku diborgol. Seorang pria paruh baya di Bali tega menghabisi nyawa istrinya sendiri yang tengah menderita sakit stroke dan kini harus berurusan dengan hukum. 

Korban dibekap hingga tidak lagi bergerak.

Sejumlah barang bukti sudah diamankan oleh pihak kepolisian, yakni 1 buah bantal tidur dengan sarung bantal motif polkadot, 1 buah pisau dapur dengan panjang 16 cm, 1 botol pemutih pakaian, 1 buah cairan pembersih lantai, 1 botol minuman berkarbonasi, dan 2 buah buku nikah tahun 2004.

Atas perbuatannya, Sunardi disangkakan melanggar Pasal 44 ayat (3) Undang-Undang Nomor 23 tahun 2004 P-KDRT atau Pasal 338 KUHP yang berbunyi perbuatan kekerasan fisik dalam lingkup rumah tangga dilakukan oleh suami terhadap istri atau sebaliknya yang mengakibatkan matinya korban. 

"Dengan ancaman hukuman penjara paling lama tujuh tahun," tutur Kompol I Ketut Sukardi.

Beban sebagai Caregiver

Mengurus istri yang sakit dan tidak berdaya, membuat Sunardi bisa disebut sebagai caregiver yang secara harfiah berarti 'pemberi perawatan'.

Namun, rasa lelah maupun tekanan berat sama sekali BUKAN DAN TIDAK BISA menjadi alasan untuk berbuat nekat atau melakukan aksi keji seperti yang dilakukan Sunardi.

Caregiver merupakan istilah bagi seseorang yang memberikan perawatan dan dukungan emosional kepada individu yang tidak dapat merawat diri sendiri karena keterbatasan fisik, mental, atau penyakit kronis. 

Biasanya, yang menjadi caregiver adalah pihak keluarga (suami, istri, anak, orangtua, dan lainnya) atau bisa juga tenaga profesional (formal) yang diberi honor tertentu.

Tak dipungkiri, menjadi caregiver bukanlah hal yang mudah, baik bagi caregiver itu sendiri maupun individu yang dirawatnya.

Bahkan, caregiver bisa mengalami kelelahan ekstrem lantaran harus membagi waktu antara bekerja, merawat seseorang yang dia tanggung, dan mengurus diri sendiri, sebagaimana dikutip dari laman National Institute of Aging atau nia.nih.gov.

Rutinitas dan tuntutan untuk merawat orang lain dapat menimbulkan beban tersendiri, bahkan orang yang paling tangguh sekalipun.

Karena fokus sibuk merawat orang lain dan kurang mengurus diri sendiri, caregiver cenderung memiliki risiko lebih tinggi terhadap masalah kesehatan fisik dan mental, masalah tidur, dan kondisi kronis seperti tekanan darah tinggi.

Oleh karenanya, caregiver harus tahu kapan dirinya butuh pertolongan, terutama setelah muncul tanda-tanda stres seperti:

  • kelelahan, kecemasan, kewalahan (overwhelmed),
  • mudah marah atau mudah tersinggung,
  • kesepian atau diskoneksi dari kehidupan sosial,
  • merasa sedih hingga tidak punya harapan, tak lagi tertarik melakukan hal-hal yang disukai,
  • sulit tidur atau kurang tidur,
  • melewatkan kegiatan merawat diri (seperti mandi atau sikat gigi),
  • sering merasa sakit kepala atau sakit pada bagian tubuh yang lain,
  • tidak sempat olahraga atau masak makanan sehat untuk diri sendiri
  • lari ke minuman beralkohol atau salah penggunaan obat-obatan

Sebagai caregiver, jangan menunggu sampai merasa telanjur tertekan atau stres.

Sumber: Tribunnews
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved