Seputar Islam

Kisah Mush'ab bin Umair, Pemuda di Masa Rasulullah, Rela Menukar Kenyamanan Dunia dengan Keimanan

Hikmah Kisah Mush'ab bin Umair Jadilah anak/pemuda yang mampu menjadi pasukan terdepan dalam membela agamanya

Penulis: Lisma Noviani | Editor: Lisma Noviani
GRAFIS TRIBUN SUMSEL
SAHABAT NABI -- Ilustrasi kaligrafi nama Nabi Muhammad SAW, berikut Kisah Mush'ab bin Umair, Pemuda di Masa Rasulullah, Rela Menukar Kenyamanan Dunia dengan Keimanan. 

 Usaha keras sang ibu untuk mengembalikan Mush’ab kepada agama leluhur dikalahkan oleh kebulatan tekad Mush’ab dalam mempertahanan keimanan.

 Ketika sang ibu mengusir, Mush’ab kembali menyampaikan ajakan berislam, namun ibunya semakin murka dan bersumpah tidak akan masuk Islam.

Duta Islam yang Pertama

Mush’ab terpilih untuk menjadi duta atau utusan Rasulullah ke Madinah untuk mengajarkan Islam kepada orang-orang Anshar yang sudah memeluk Islam, berdakwah dan mempersiapkan Madinah untuk menyambut hijrah Rasul sebagai peristiwa besar.

Mengapa Mush’ab yang terpilih, bukan sahabat Rasulullah yang lain? Hal itu tidak lain karena karunia Allah yang dititipkan padanya berupa pikiran yang cerdas dan budi yang luhur. Dengan sifat zuhud, kejujuran, dan kesungguhan hati, beliau berhasil melunakkan hati penduduk Madinah hingga berduyun-duyun berislam.

 

Dalam salah satu episode dakwahnya, Mush’ab didatangi oleh Usaid bin Hudlair, kepala suku kabilah Abdul Asyhal di Madinah yang menganggap Mush’ab telah mengacau dan membuat anak buahnya ingkar pada Tuhannya.

Dengan murka, ia mengusir dan mengancam akan membunuh Mush’ab jika tidak segera meninggalkan tempat tersebut. Tanpa gentar, sahabat Rasulullah ini justru menawarkan Usaid untuk duduk dan mendengarkannya dahulu dengan konsekuensi Mush’ab akan pergi jika Usaid tidak menerima pemaparannya. Usaid bersedia dan mulai mendengarkan. Tak lama, Islam memiliki pejuang baru bernama Usaid. Keislaman Usaid disusul oleh Sa’ad bin Muadz, Sa’ad bin Ubadah dan para pengikut mereka.

 Syahid di Perang Uhud

Di Perang Uhud, ketidaktaatan pasukan panah umat muslim di celah bukit membuka kesempatan pasukan berkuda Quraisy untuk menyerang dan membalikkan keadaan.

Melihat pasukan muslim porak poranda, musuh mengarahkan serangan ke Rasulullah. Melihat situasi genting ini, Mush’ab mengacungkan bendera setinggi-tingginya dan berupaya menarik perhatian musuh.

Berkata Ibnu Sa’ad, “Diceritakan kepada kami oleh Ibrahim bin Muhammad bin Syurahbil al-‘Abdari dari bapaknya, ia berkata, ‘Mush’ab bin Umair adalah pembawa bendera di Perang Uhud. Tatkala barisan kaum Muslimin pecah, Mush’ab bertahan pada kedudukannya.

Datanglah seorang musuh berkuda, Ibnu Qumaiah namanya, lalu menebas tangannya hingga putus, sementara Mush’ab mengucapkan, “Muhammad itu tiada lain hanyalah seorang Rasul, yang sebelumnya telah didahului oleh beberapa Rasul.”

 Maka dipegangnya bendera dengan tangan kirinya sambil membungkuk melindunginya. Musuh pun menebas tangan kirinya itu hingga putus pula. Mush’ab membungkuk ke arah bendera, lalu dengan kedua pangkal lengan meraihnya ke dada sambil mengucapkan, “Muhammad itu tiada lain hanyalah seorang Rasul, dan sebelumnya telah didahului oleh beberapa Rasul.” Lalu orang berkuda itu menyerangnya ketiga kali dengan tombak, dan menusukkannya hingga tombak itu pun patah. Mush’ab pun gugur, dan bendera jatuh.’”

Demikianlah, sahabat Rasulullah ini telah menjemput syahid dengan gagah berani. Saat peperangan usai, Rasulullah bersama para sahabat meninjau medan pertempuran untuk menyampaikan salam perpisahan kepada para syuhada.

Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved