Ia menambahkan, layang-layang buatannya dicari sepanjang tahun, terutama oleh komunitas layang-layang yang sering memesan melalui WhatsApp.
Meskipun metode pembuatannya masih tradisional, pemasaran layang-layang dari Kampung Kayangan sudah merambah ke dunia modern. Para perajin memanfaatkan media sosial untuk menjangkau pembeli dan mempertahankan pelanggan setia.
Harga layang-layang yang dijual sangat terjangkau yaitu Rp 1.000 hingga Rp 1.500 per buah.
Tidak hanya laris di Palembang, layangan dari kampung ini juga telah dikirim hingga ke luar kota seperti Muara Enim, Batam, bahkan Solo.
Sementara untuk bahan baku berupa bambu, kertas, lem, pewarna mudah didapat dan harga masih terjangkau.
"Bambu dari Sungki dan Kemang. Kertas kami beli di kawasan Masjid Agung, pewarna banyak di online ada, pasar pun ada. Jadi kalau aku beli semua bahan itu dalam 100 layang dapat 75 ribu," jelas Nazarudin lagi.
Asmawati, seorang perajin yang membawa dua plastik berisi 130 layangan, siap menuju Pasar 16 Ilir untuk dijual. "Satu plastik ada 65 buah, saya jual Rp 1.000 per buah," demikian singkat sebelum naik angkot.
Saat ini, terdapat 37 perajin dari 77 kepala keluarga di kampung yang juga dikenal sebagai Kampung Kreatif Kayangan ini.
Lurah 3-4 Ulu, Rama Fitri, berharap adanya kejuaraan layang-layang di masa depan dapat mengangkat nama dan memperkenalkan para perajin di sini ke khalayak yang lebih luas.
“Kemarin Kampung ini kita ikut lomba Kampung Kreatif Kota Palembang. Dari Kelurahan 3-4 Ulu diangkatlah jadi Kampung Layang Layang atau disingkat Kayangan,” jelas Rama.
Kreativitas dan semangat para perajin di Kampung Kayangan membuktikan bahwa permainan sederhana ini masih memiliki tempat istimewa di hati masyarakat dan menjadi denyut nadi ekonomi sebuah perkampungan.
"Kita diharapkan semoga kota Palembang ada tempat khusus untuk lomba layang layang," harapnya.
Kedepan juga Rama menginginkan "reko" atau gambar pada layangan itu punya ciri khas produksi dari Kayangan. "Layangan kan banyak yang buat, selain kita juga daerah lain pasti ada, agar ada ciri dari kampung sini, akan kita buat reko atau gambar khas, bisa jadi Jembatan Ampera dan songket, ikon Palembang," tutup Rama.
Baca berita lainnya di google news