TRIBUNSUMSEL.COM -- Bupati Pati Sudewo menguak rasa penyesalan mendalam setelah didemo warganya sendiri.
Imbas kebijakan kontroversi yang menaikan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB-P2) hingga 250 persen.
Meski keputusan tersebut sudah dicabut, namun warga yang sudah kecewa dan marah meminta sang bupati untuk mundur dari jabatan.
Gelombang demo besar yang digelar hari ini, Rabu (13/8/2025) jadi titik puncak kemarahan warga Pati.
Mengutip dari wawancara eksklusif Tribunjateng.com, Sudewo mengaku peristiwa ini menjadi pembelajaran penting, baik untuk dirinya maupun masyarakat Pati.
Ia menegaskan sudah menyampaikan permohonan maaf secara terbuka.
"Saya sudah sampaikan tadi bahwa ini permohonan maaf saya, kemudian ini merupakan pembelajaran bagi saya," ucapnya.
"Ke depan, saya akan berbuat baik."
"Dan juga saya harapkan pembelajaran bagi seluruh rakyat Kabupaten Pati."
"Jangan sampai peristiwa semacam ini terjadi kembali," tambahnya.
Ia mengingatkan semua pihak untuk menjaga situasi kondusif dan tidak mudah terprovokasi.
"Jadi Kabupaten Pati ini adalah milik kita semua, milik seluruh rakyat Kabupaten Pati yang harus sama-sama kita jaga agar situasi kondusif," tuturnya.
Tak Ada Korban Meninggal
Bupati juga membantah kabar yang menyebut ada peserta aksi atau wartawan yang meninggal dunia akibat kericuhan.
Ia mengaku sudah mengecek langsung informasi tersebut ke berbagai pihak.
"Setelah saya konfirmasi, itu tidak benar."
"Saya dapat informasi, tapi informasi itu saya cek di rumah sakit, di kepolisian, di dinas kesehatan, enggak ada (demonstran yang meninggal)," ungkapnya.
Menurutnya, semua peserta aksi yang sempat dirawat kini sudah pulih.
"Alhamdulillah, tidak ada korban dan semua yang sempat dirawat di rumah sakit sekarang sudah dalam kondisi baik, normal kembali, sehat kembali."
"Alhamdulillah enggak ada korban yang cukup signifikan," jelasnya.
Hormati Hak Angket DPRD
Terkait sidang paripurna DPRD yang memutuskan pembentukan Panitia Khusus (Pansus) Hak Angket untuk menyelidiki kebijakan PBB-P2, Sudewo mengaku menghormati langkah tersebut.
"Hak angket itu kan memang salah satu yang dimiliki DPRD, jadi saya menghormati hak itu yang dijalankan oleh DPRD," ujarnya.
Ia juga memastikan siap hadir jika sewaktu-waktu dipanggil dewan.
"Siap memberi keterangan," kata Sudewo singkat
33 Orang Terluka
Direktur RSUD RAA Soewondo Pati, Rini Susilowati, mengatakan ada 33 orang korban luka aksi unjuk rasa 13 Agustus yang dirawat di rumah sakit yang dia pimpin.
Dia juga menepis isu yang mengatakan bahwa ada satu awak media yang dirawat di RSUD Pati telah meninggal dunia.
"Sampai saat ini jumlah totalnya 33 orang yang dirawat. Tapi kelihatannya ada tambahan lagi yang masuk dari rumah sakit swasta. Saya tidak tahu apakah dirawat di swasta atau dikirim ke sini, tapi di Soewondo ada 33 orang," jelas dia, Rabu (13/8/2025).
Rini mengatakan, ke-33 korban tersebut hanya mengalami luka ringan, tidak ada yang sampai fatal.
"Yang wartawan juga kondisinya tidak apa-apa. Hanya sempat sesak napas. Sudah dirawat dengan baik, dokter spesialis juga turun semua," kata dia.
Sebelumnya, beredar kabar bahwa wartawan bernama Lilik Yuliantoro menjadi korban tewas di tengah kericuhan aksi unjuk rasa masyarakat yang menuntut Sudewo lengser dari jabatannya sebagai Bupati Pati.
Pihak media tempat Lilik bekerja, Tuturpedia, telah membantah kabar tersebut dan mengatakan bahwa Lilik hanya mengalami lemas akibat terkena efek tembakan gas air mata.
(*)