TRIBUNSUMSEL.COM - Curhat Lusi Namo, kakak dari almarhum Prada Lucky Chepril Saputra Namo mengungkapkan sejumlah informasi terkait dugaan kekerasan yang dialami adiknya sebelum meninggal dunia pada 6 Agustus 2025.
Diketahui, Prada Lucky mengembuskan napas terakhir di ruang IGD RSUD Aeramo, Kabupaten Nagekeo, Rabu, 6 Agustus 2025, sekitar pukul 11.23 WITA, setelah menjalani perawatan intensif selama empat hari sejak Sabtu, 2 Agustus 2025.
Prada Lucky mengalami luka di sekujur tubuhnya akibat diduga dianiaya oleh puluhan seniornya.
Kini kesaksian terbaru diperoleh dari seseorang yang mengaku sebagai pacar salah satu prajurit yang mengirim pesan melalui DM Instagram.
Lusi Namo, kakak Prada Lucky menceritakan bahwa dirinya mendapatkan bukti sang adik dianiaya di markas.
"Pacar prajurit itu bilang bahwa pacarnya pernah mengirim foto yang hanya bisa dilihat sekali. Ia melihat wajah Lucky dan kawannya waktu itu dipukul dan sudah berdarah. Namun, saat daftar nama pacarnya tidak ada dalam beberapa catatan 20 pelaku tersebut," ujarnya Sabtu (8/8), dikutip Pos-kupang.com
Baca juga: Daftar 20 "Senior" Terduga Pelaku Aniaya Prada Lucky hingga Tewas, Ada Pangkat Letda hingga Pratu
Dokter juga mengatakan ginjal dan paru-parunya sudah hancur sehingga membutuhkan tiga kantong darah.
Ia menyebut, dugaan kekerasan itu terjadi saat pergantian piket dari Senin hingga Jumat.
Di dalam sel, korban dan rekannya tidur di lantai tanpa tempat tidur.
"Richard juga kena, tapi yang saya tahu lebih parah Lucky. Saya lihat perutnya ada bekas sepatu dan dugaan saya itu diinjak,” ujarnya.
Lusi menuturkan, beberapa hari sebelum koma, Lucky masih berkomunikasi lewat panggilan video dan terlihat dalam kondisi baik.
Ia juga sempat bercerita pernah dipukul senior meski sedang sakit.
"Senior pikir dia pura-pura tidak mau kerja di dapur,” kata Lusi.
Baca juga: Sosok "Senior" Berpangkat Letda Diduga Ikut Aniaya Prada Lucky hingga Tewas, Pukul Gunakan Selang
Kabar masuknya Lucky ke rumah sakit diterima keluarga dari pihak rumah sakit yang diminta tolong oleh Almarhum untuk menghubungi orang tuanya di Kupang.
Lusi mengaku terkejut karena selama hidup bersama keluarga, adiknya tidak pernah mengalami sakit parah.