Surat An Nashr bercerita tentang pertolongan Allah dan keberhasilan kaum Muslimin:
Ayat 1 yang artinya:
“Ketika telah datang pertolongan Allah dan kemenangan (futuh Makkah)”
Penegasan ”telah datang” mengisyaratkan adanya waktu ketika pertolongan itu “belum datang”.
Saat “belum datang”, itulah masa-masa amat sulit, masa perjuangan yang tidak cuma sebentar. Masa-masa percobaan yang penuh fitnah dan kegetiran, jalan yang terjal dan mendaki.
Sebagaimana diterangkan Allah dalam ayat lain, QS 2:214.
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu [cobaan] sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu?
Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan [dengan bermacam-macam cobaan] sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.”
Yang gratis sudah banyak. Udara, angin, air, sinar matahari, terang rembulan dan bintang-bintang, hujan, daya indera, kemampuan pikiran, segenap karunia hidup ini adalah “gratis”.
Tapi dalam soal “bagaimana kita harus menjalani hidup”, membangun prinsip dan menegakkannya, merumuskan kebenaran dan mempraktikkannya dengan konsisten, pertolongan Allah dan kemenangan harus dicapai dengan perjuangan yang tidak mudah.
Tidak ada hal yang bisa disebut keberhasilan jika ia tidak diperoleh dengan kerja keras. Tidak ada sukses yang jatuh dari langit. Semakin sulit suatu keberhasilan diraih, semakin mendalam pula makna keberhasilan itu bagi peraihnya.
Dan kerja keras ini adalah sunnatullah yang harus dijalani tanpa pengecualian, karena Allah sudah menetapkan bahwa Dia tidak akan mengubah situasi kita kecuali kita mau bergerak untuk mengubahnya.
“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri …” (QS 13:11).
Di atas segalanya, contoh keberhasilan itu indah dan kuat sekali terlukis sepanjang sejarah hidup Rasulullah.
Mari baca kembali kisah persekusi kaum kafir Quraish, penganiayaan di Ta’if, Hijrah ke Abesinia, Hijrah ke Madinah, pengkhianatan kaum Yahudi Madinah dan lain-lain adalah bagian dari perjalanan panjang yang berat, sebelum futuh Makkah (penaklukan Makkah) sebagai “puncak” turunnya pertolongan Allah.
Sekarang kita tengok juga sejarah perjuangan para pahlawan kita, dari sabang sampai merauke, pejuang-pejuang negeri ini juga melalui masa-masa yang tidak mudah. Bukan hanya harta, bahkan jiwa menjadi taruhannya. Semuanya hanya ingin mewujudkan kemerdekaan, memperjuangan hak-hak manusia, mengusir kedzaliman penjajahan.
Dibanding apa yang dialami Para Pahlawan Negeri ini, seberapa derajatkah kesulitan, penderitaan dan perjuangan kita sekarang ini dalam menaklukkan kenyataan?
Kapan kita mengeluh, kapan kita bersyukur? Silakan tengok “prestasi” yang pernah kita raih dalam hidup ini? Juga kegagalan-kegagalan yang kerap membuat kita berkecil hati. Seberapa kuat kemauan kita untuk melanjutkan perjuangan para pendahulu kita.