TRIBUNSUMSEL.COM - Sampai kini masih menjadi misteri penyebab kematian diplomat muda, Arya Daru Pangayunan (39).
Pada Selasa (8/7/2025), Arya Daru ditemukan tewas dalam kondisi wajah terlilit lakban di kamar kosnya di kawasan Menteng, Jakarta Pusat.
Apakah Arya Daru tewas karena nekat mengakhiri hidupnya atau menjadi korban pembunuhan polisi masih melakukan penyelidikan.
Kriminolog, Haniva Hasna, melihat kematian alumnus Universitas UGM jurusan Hubungan Internasional tahun 2005 itu condong ke arah pembunuhan.
"Sangat memungkinkan bahwa ini adalah kasus pembunuhan, karena kita kan perlu melihat ya seberapa ketat dia melilitkan lakban ini, diawali dari mana dulu apakah dari kening apakah dari leher apakah dari dagu," katanya seperti dikutip dari Metro TV News pada Kamis (10/7/2025).
Menurut Haniva, penggunaan lakban sangat jarang sekali digunakan untuk kasus-kasus bunuh diri.
Sebab, kata dia, korban akan menggunakan cara sangat cepat untuk mengakhiri hidupnya.
"Sementara kalau lakban dia harus menggunakan peralatan yang lebih lama dia kehilangan nyawanya dan membutuhkan keterampilan khusus," ujarnya.
Haniva melihat ada dua kemungkinan dari penggunaan lakban di mulut terhadap korban.
Kemungkinan pertama adalah upaya untuk membungkam agar korban tidak boleh berteriak sementara yang kedua kondisi di mana korban sudah terbunuh tetapi ada orang lain yang pura-pura merekayasa pembunuhan ini seolah-olah menjadi korban bunuh diri.
"Berarti, kasus ini menjadi kasus yang sangat-sangat kompleks karena sudah dipersiapkan dengan rapi oleh pelaku," katanya.
Kematian tak wajar
Universitas Gadjah Mada turut menanggapi kematian diplomat muda Kementerian Luar Negeri, Arya Daru Pangayunan (39), yang tewas di indekosnya di kawasan Menteng, Jakarta Pusat.
Pimpinan UGM menyebut jika kematian alumnus Departemen Ilmu Hubungan Internasional UGM ini tampak tak wajar.
Hal itu perlu diusut tuntas.
"Peristiwa meninggalnya almarhum Arya ini sungguh menyedihkan dan mengagetkan. Universitas Gadjah Mada mengucapkan bela sungkawa atas kepergian almarhum," ujar Wakil Rektor UGM Bidang Kemahasiswaan, Pengabdian kepada Masyarakat dan Alumni Arie Sujito dalam keterangan tertulis pada Rabu (9/7/2025) seperti dikutip dari Kompas.id.
UGM merasa kehilangan dengan kepergian Arya.
Arya merupakan sosok alumnus yang berprestasi dengan karier yang baik.
Ia berharap jika meninggal tak wajar, pihak berwenang bisa mengusut tuntas kasus tersebut.
Sementara itu Ketua Departemen Ilmu Hubungan Internasional (UGM) Nur Rachmat Yuliantoro juga turut berbela sungkawa atas kematian Arya.
Ia menyebut Arya merupakan alumnus S-1 Ilmu Hubungan Internasional angkatan 2005.
Menurut Rachmat, Arya dikenal sebagai diplomat andal dan kebanggaan banyak pihak.
"Semoga almarhum mendapat tempat terbaik di sisi-Nya serta keluarga yang ditinggalkan diberi kekuatan dan ketabahan,"katanya.
Diberitakan sebelumnya, Arya ditemukan tewas di kamar indekosnya di kawasan Menteng pada Selasa (8/7/2025) pagi.
Wajah korban terlilit lakban dan pintu kamar terkunci dari dalam dengan sistem smart lock, yang hanya bisa diakses oleh Arya.
Rekaman CCTV menunjukkan aktivitas terakhir korban terekam pada Senin malam sekitar pukul 23.24 WIB.
Ia terlihat keluar kamar membawa kantong plastik, lalu kembali masuk. Keesokan paginya, penjaga kos membuka paksa jendela kamar atas permintaan istri korban yang tidak bisa menghubungi suaminya sejak subuh.
Dari lokasi kejadian, polisi menyita sejumlah barang bukti, di antaranya lakban, kantong plastik, dompet, bantal, sarung celana, dan pakaian korban.
Polisi juga menemukan obat sakit kepala dan obat lambung di kamar korban.
Hingga kini, polisi masih menyelidiki kasus ini dan telah memeriksa empat saksi, yakni pemilik dan penjaga indekos, tetangga kamar, serta istri korban.
Sidik jari Arya ditemukan pada lakban, namun penyelidikan lanjutan masih dilakukan untuk memastikan penyebab kematian. (Kompas/Kompas.id/TribunJakarta).
Artikel ini telah tayang di TribunJakarta.com dengan judul Kemungkinan Besar Arya Daru Dibunuh, Kriminolog UI Soroti Lakban: Jarang Digunakan Kasus Bunuh Diri.