Nurhaliza mengaku sangat kecewa karena janji konseling dengan psikolog tidak terealisasi.
Selain karena sudah meluangkan waktu, dirinya dan suami sudah mengeluarkan biaya untuk fasilitas tersebut hingga nominal jutaan rupiah.
"Udah (bayar), itu udah termasuk ke biaya Activity Fee, paket, nilainya Rp5,5 juta buat kelas Nursery," ucapnya.
Nurhaliza berharap pihak pengelola sekolah dapat bertanggung jawab dengan mengembalikan uang orang tua siswa.
"Sebaiknya bertanggung jawab pihak sekolah dan kembalikan uang yang sudah terlanjur bayar, saya juga masih ada uang pangkal di sekolah ini udah kebayar Rp7,3 juta," harapnya.
Berencana Lapor Polisi
Sementara wali murid lainnya, Benny Sugeng Waluyo (42), yang mensekolahkan anaknya yang merupakan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), mengeluhkan hal serupa.
Mulanya, Sugeng mengatakan sempat mendapat informasi kalau sekolah ini memiliki pembelajaran inklusi yang ada psikolognya.
Sehingga terdapat waktu belajar tambahan untuk terapi klinik, dan itulah yang menjadi alasan dirinya mau memasukkan anaknya ke sekolah ini.
"Tapi selama anak kami sekolah di sini, realisasi itu tidak ada," kata Sugeng, Minggu (15/6/2025).
Sugeng menjelaskan keluhan lainnya, perihal di awal, pihak sekolah akan memberikan pendamping di kelas untuk anaknya belajar.
Tapi kenyataan, menurutnya, janji tersebut tidak terealisasi juga.
Padalah ia mengaku sudah membayar setiap per tiga bulan untuk tambahan pendamping dengan biaya Rp1 juta.
"Bilangnya setiap anak saya belajar di sini, nantinya ada pendamping di kelas, tapi waktu kami cek saat belajar mengajar tidak ada yang mendampingi."
"Karena di sekolah ini setiap kelas yang harusnya ada dua orang (guru dan pendamping), tapi kenyataannya cuma ada satu guru dan tidak ada pendamping," jelasnya.
Baca juga: Sosok Dumadi Guru yang Tendang Siswa SMP di Demak Gegara Bunyi Siulan, Kini Berakhir Damai