"Kuli aja di Kuningan banyak kuli bangunan. Bisa biayain anaknya kalau enggak enggak punya istri. Tapi suka ketemu sama bapaknya?" tanya Dedi Mulyadi.
Bahkan Purwanti mengaku jarang bertemu dengan ayahnya.
"5 bulan sekali. 3 bulan, 4 bulan, 5 bulan gitu," kata Purwanti.
Purwanti juga mengaku dikirim uang oleh ayahnya hanya Rp150 ribu untuk sebulan setengah.
"Kirim uang Rp150 ribu satu bulan setengah," katanya.
Purwanti juga sudah berkali-kali mencoba untuk menghubungi sang ayah.
Tapi pesan dan telepon dari Wanti sama sekali tidak pernah dibalas dan diangkat oleh ayahnya sampai sekarang.
"Makanya itu pak, kemarin-kemarin kan aku telepon terus bapak ya, sampai beberapa kali nggak diangkat. Ngechat gak dibales, gak dibaca,” pungkas Wanti.
Purwanti bukan anak yang lemah, meski beberapa kali ia menahan tangis, tapi di depan gubernur ia tetap mencoba untuk tersenyum.
Menjelaskan kejadian yang sebenarnya tentang kehidupan yang kini ia jalani sendirian.
Lebih lanjut, Purwanti mengatakan saat ini dirinya tinggal bersama sang nenek dan kedua adiknya.
Ia mengaku kehidupan sehari-harinya dibantu oleh sang bibi.
Namun untuk melanjutkan sekolah Purwanti tidak bisa karena keterbatasan biaya.
"Kadang bibi yang biayain tapi gak semua, karena bibi juga punya anak, gak bisa juga biayain SMA," tuturnya.
"Bapak orang Kuningan, keluarga bapak kadang bantu Rp2 Ribu," imbuhnya.