"Seperti bantuan alat berat yang akan digunakan untuk membuka lahan. Ini menjadi penting agar mereka tidak lagi mengulangi cara-cara lama yang mengancam lingkungan," katanya.
Dia juga menyoroti banyaknya perusahaan sawit yang belum tergabung dalam keorganisasian.
Padahal pengusaha sawit yang tergabung dalam suatu organisasi akan lebih memudahkan koordinasi maupun sosialisasi dalam pencegahan Karhutla.
"Saya akan mendorong agar pengusaha sawit di Sumsel dapat bergabung dalam organisasi," katanya.
Sedangkan Wakil Ketua II Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Susanto menjelaskan, ancaman Karhutla masih nyata meskipun berbagai upaya pencegahan telah dilakukan.
Ia menyoroti pentingnya kolaborasi semua pihak untuk memastikan efektivitas program pencegahan dan mitigasi, terutama dalam menghadapi tren peningkatan kebakaran dalam dua dekade terakhir.
"Kejadian Karhutla ini masih tinggi meskipun kita telah melakukan berbagai upaya pencegahan. Kita, turut mendorong berbagai inisiatif, mulai dari penyebaran surat edaran kewaspadaan, pedoman teknis pencegahan, hingga peningkatan kapasitas masyarakat melalui sosialisasi rutin," katanya.
Menurutnya, dari sisi kesiapan teknis, GAPKI menekankan pentingnya pemenuhan sumber daya air di lokasi rawan kebakaran, sesuai regulasi.
Modifikasi cuaca bukan solusi tunggal. Persiapan sumber daya dan pelatihan keterampilan anggota di lapangan masih harus terus dilakukan.
Baca berita menarik lainnya di google news