TRIBUNSUMSEL.COM, MARTAPURA - Desa Peracak Jaya, Kecamatan Jayapura, OKU Timur, Sumsel terlihat berbeda dari biasanya.
Bukan tanpa sebab, karena di tengah hamparan hijau tanaman singkong yang merunduk siap panen, jajaran perangkat desa tampak sibuk memanen hasil bumi dengan penuh semangat.
Tak ada jas atau dasi, hanya cangkul, karung, dan tawa yang akrab menggema di ladang seluas satu hektar itu.
Siapa sangka, lahan yang kini subur ditumbuhi singkong itu dulunya adalah lapangan sepakbola desa yang terbengkalai.
"Karena tidak terpakai lagi, kami bermusyawarah bersama BPD dan tokoh masyarakat. Setelah disepakati, lahan ini kami manfaatkan untuk ditanami singkong," kata Kepala Desa Peracak Jaya, Ali Muhidin, SE, Jumat (09/05/2025).
Ali menambahkan, inisiatif tersebut bukan semata untuk memanfaatkan lahan tidur, tetapi juga sebagai upaya mendorong ketahanan pangan dan menambah Pendapatan Asli Desa (PAD) Desa Peracak Jaya.
“Alhamdulillah, berkat kerja sama dan ketekunan seluruh perangkat desa, lahan ini kini bermanfaat dan menghasilkan,” ucapnya dengan nada syukur.
Baca juga: Tanam Singkong Bersama Petani, Polres OI Dukung Program Ketahanan Pangan Nasional
Baca juga: Pusri Optimalkan Penyerapan Pupuk Bersubsidi Lewat Singkong
Sudah dua tahun lamanya singkong tumbuh di lahan bekas lapangan itu.
Hasilnya pun tidak main-main.
Dari panen sebelumnya, Desa Peracak Jaya berhasil membeli sebidang tanah di samping kantor desa senilai Rp50 juta.
“Tanah itu rencananya akan kita bangun jadi gedung serbaguna,” jelas Ali.
Kini, di musim panen berikutnya, semangat perangkat desa tak luntur meski harga jual singkong tengah lesu.
“Rencananya dari hasil panen ini, kita ingin beli tanah lagi seluas satu hektar. Semoga bisa terus menambah PAD Desa,” katanya sembari tersenyum, menyisipkan keluhan ringan soal harga jual yang tak sebanding dengan kerja keras mereka.
Namun demikian, Ali yakin keberhasilan ini bukan hanya soal panen dan untung rugi, melainkan bentuk nyata semangat gotong royong dan inovasi desa dalam mengelola potensi yang ada.
Di tengah gempuran modernisasi, Desa Peracak Jaya membuktikan bahwa kekuatan masyarakat lokal masih mampu menjadi penopang ekonomi dan harapan.
“Kalau harganya murah, ya kita tetap panen dengan senyum, mas. Namanya juga usaha,” tutup Ali, sambil kembali mengangkat singkong dari dalam tanah, seperti mengangkat mimpi yang terus mereka tanam bersama.
Baca berita Tribunsumsel.com lainnya di Google News
Ikuti dan bergabung dalam saluran whatsapp Tribunsumsel.com