Berita Viral

Awal Mula Hanifah, Siswi di Cirebon Bongkar Dugaan Pungli Dana PIP ke Dedi Mulyadi, Iba dengan Teman

Penulis: Aggi Suzatri
Editor: Weni Wahyuny
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

SISWI NGADU PUNGLI KE DEDI MULYADI- Dugaan pungutan liar di SMAN 7 Cirebon dibongkar oleh Hanifah Kaliyah Ariij, seorang siswa kelas 12, kepada Gubernur Jawa Barat terpilih, Dedi Mulyadi pada (9/2/2025)./

"Kita kasihan sama temen yang bener-bener miskin, butuh, yatim piatu, sedangkan buku tabungan, ATM ditahan sama sekolah," ujar Hanifah lagi.

Baca juga: Kasus Siswa Dihukum Belajar di Lantai Gegara Nunggak SPP di Medan, Sang Guru Dilaporkan ke Polisi

Hanifah sendiri tak menampik jika kedua orang tuanya sering mewanti-wantinya agar tidak terlalu vokal bersuara.
 
"Orang tua di rumah nanyain, nanya aja (katanya) 'hati-hati kamu, takut ada oknum yang jahat sama kamu, takut guru-guru nurunin nilai kamu'," akui Hanifah.

Hanifah menjelaskan bahwa karena hal ini tidak ada salahnya dilaporkan.

Hanifah membeberkan bahwa uang PIP dipakai untuk melunasi tunggakan SPP, sehingga diambil pihak sekolah.

"Rp 1,8 juta dipotong Rp 250.000, sisanya Rp 1.550.000. Habis itu setengahnya untuk melunasi SPP, sisanya dibalikin (ke siswa) tapi dikirim bukan lewat rekening yang ditahan sekolah, tapi lewat rekening pribadinya pihak sekolah," jelas Hanifah.

Kemudian soal uang PIP yang dipotong Rp 200 ribu, menurut dia, uang itu bukan untuk sekolah, melainkan untuk partai politik.

"PIP kita yang diambil. Harusnya kan tiap siswa dapat Rp1,8 juta. Tapi ternyata kita itu diambil Rp250 ribu untuk partai. Kita ke bank, di depan pintu ada guru dari TU buat ambil buku tabungan, pin, sama kartu kita. Angkatan kita juga dimintai uang gedung Rp6,4 juta. Sebelumnya kita dimintai Rp8,7 juta, orang tua enggak terima kalau kita harus bayar Rp8 juta. SPP kita tiap bulan Rp200 ribu," ungkap Hanifah.

Meski anak pensiunan ASN, Hanifah rupanya sempat menunggak SPP yang dikenakan sebesar Rp200 ribu.

"Kalau aku dipakai untuk lunasin tunggakan SPP, karena bundanya belum bisa bayar waktu itu. Dibayarin sama bantuan PIP, sisanya buat lunasin year book sama graduation," kata Hanifah.

Kemudian Dedi Mulyadi pun menanyakan uang jajan Hanifah sehari-hari.

Hanifah mengaku sehari-hari diberi uang saku Rp20 ribu.

Namun uang tersebut tak sepenuhnya dihabiskan, melainkan disisihkannya untuk membayar sumbangan.

"Uang LKS Rp300 ribuan ke atas. Kelas 10 juga kita ada sumbangan masjid, seharusnya kan seikhlasnya tapi dipatoki Rp150 ribu," kata Hanifah.

Menurut Hanifah, di sekolahnya itu, hampir semua siswa yang tidak mendapat Kartu Indonesia Pintar (KIP), akan mendapat PIP.

Hanifah membongkar hal ini agar adik kelasnya tidak mengalami apa yang ia rasakan.

Halaman
123

Berita Terkini