TRIBUNSUMSEL.COM -- Pria berinisial A pelaku mutilasi terhadap Uswatun Khasanah janda anak 2 yang jasadnya ditemukan dalam koper di Ngawi diduga punya perangai psikopat.
Hal tersebut disampaikan ahli Viktimologi Heru Susetya saat mengulas sosok pelaku.
Melansir dari Tribunnews.com, Minggu (26/1/2025) Heru menduga ada dua motif pelaku tega memutilasi korban.
"Mungkin awalnya tidak berniat mutilasi, tapi kemudian ingin menghilangkan jejak lalu dimutilasi. Atau karena sudah ada perencanaan sejak awal, sudah kenal cukup lama, ada semacam emosi, ingin menghilangkan korban dengan cara cukup sulit tapi dianggap ini efektif karena tidak mudah mengidentifikasinya," ungkap Heru Susetya.
Lebih lanjut, Heru menyebut ada alasan tersendiri pelaku nekat memutilasi korban.
Salah satunya adalah agar jejaknya lama terendus kepolisian.
"Ini pelakunya punya keinginan untuk menghilangkan jejak atau membuat cukup lama bisa diidentifikasi walaupun akhirnya bisa dilacak pihak kepolisian. Bisa spontan atau direncanakan," pungkas Heru.
Selain itu, Heru juga menyinggung perangai terduga pelaku yang merupakan psikopat.
Sebab seseorang yang berani melakukan tindak mutilasi ada indikasi berdarah dingin layaknya Psikopat.
"Bisa dikatakan dia (pelaku) mungkin berdarah mungkin, agak psikopat. Karena kalau sekadar membunuh orang dibunuh saja enggak usah dimutilasi. Kalau sampai dimutilasi, tentunya ada kehendak yang lain, itu termasuk berdarah dingin," imbuh Heru.
DIhabisi di Hotel Adisurya Kediri
Uswatun Khasanah janda anak dua jadi korban mutilasi setelah tubuh ditemukan dalam koper di Ngawi ternyata dieksekusi di hotel Adisurya Kediri.
Tempat kejadian perkara (TKP) berada di kamar 301 hotel Adisurya kini telah dipasang garis polisi.
Melansir dari Suryamalang.com, Minggu (26/1/2025) sejak pagi, aparat kepolisian telah melakukan sterilisasi area dan memasang garis polisi di kamar 301, tempat korban menginap.
Petugas terlihat mondar-mandir melakukan pemeriksaan, sementara awak media masih kesulitan menggali informasi lebih lanjut karena penyelidikan masih berlangsung.
Kamar yang dihuni korban berada di lantai satu hotel. Tidak seperti hotel-hotel dengan bangunan tinggi, kamar di Hotel Adisurya lebih menyerupai penginapan dengan akses langsung ke area luar, sehingga memudahkan akses keluar-masuk tamu.