Berita Lubuklinggau

Kisah Sukir Tukang Sol Sepatu Keliling di Lubuklinggau, Sudah Ngesol Sepatu Dari Tahun 1982

Penulis: Eko Hepronis
Editor: Slamet Teguh
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sukir tukang sol sepatu keliling di Kota Lubuklinggau

Laporan wartawan Tribun Sumsel.com. Eko Hepronis 

TRIBUNSUMSEL.COM, LUBUKLINGGAU - Di tengah hiruk-pikuk gempuran sepatu second impor yang lebih murah tak membuat Sukir berhenti untuk menjalani profesinya sebagai tukang sol sepatu.

Sukir Sol biasa ia dikenal sudah mengabdikan hidupnya untuk memperbaiki sepatu sejak 1982 menghadapi suka duka dalam menjalani profesi yang menjadi penopang ekonomi keluarganya.

Warga RT 01 Kelurahan Suka Jadi Kecamatan Lubukinggau Barat I ini kerap berkeliling kota Lubuklinggau, Sumsel menjajakan jasa sol sepatu.

Sukir mempunyai lima orang anak dan semuanya telah menamatkan pendidikan hingga SMA.

Semuanya sudah bekerja meski penghasilan sehari-harinya tidak menentu.

Sukir bercerita ia menggeluti jasa sol sepatu sejak muda, dimulai dengan belajar mengesol sepatu secara otodidak kemudian menjadi tukang tukang sepatu keliling.

"Dulu awalnya ngesol sepatu ini otodidak ketika dijalani ternyata menjadi profesi sampai sekarang," ceritanya pada Tribunsumsel.com, Minggu (15/12/2024)

Awalnya Sukir mangkal jalan menuju pasar Inpres Lubuklinggau, kemudian karena ramainya tukang sol sepatu saat itu ia memutuskan untuk berkeliling.

"Karena yang mangkal banyak akhirnya keliling. Waktu kereta ekonomi masih bebas, kita ikut kereta ngesol sepatu sampai wilayah Lahat," ujarnya.

Baca juga: Kisah Pilu Kakek Komar Tukang Sol Sepatu Jalan Kaki Depok-Bogor Bertahan Hidup, Cuma Dapat 20 Ribu

Baca juga: Cerita Tukang Sol Sepatu di OKI Ramai Pelanggan Sejak Awal Ramadhan, Bersyukur Penghasilan Meningkat

Kemudian sejak kereta ekonomi mulai ada batasan tahun 2013 silam.

Sukir hanya berkeliling di wilayah Lubuklinggau dan paling jauh ke wilayah Tugu Mulyo Kabupaten Musi Rawas (Mura)

"Karena sekarang umur tidak muda lagi walaupun tidak pernah sakit-sakit sekarang wilayahnya hanya keliling Lubuklinggau, sore pulang," ungkapnya.

Bagi Sukir menjadi tukang sol sepatu memiliki tantangan tersendiri.

Namun, ia memilih jalur ini dibanding menjadi buruh bangunan.

"Jadi tukang sol itu kita yang ngatur pekerjaan, walaupun kadang sekali-kali pernah diajak kawan nukang bangunan," ujarnya.

Sukir mengaku penghasilan sebagai tukang sepatu tidak menentu kadang banyak, namun kadang walau sudah berkeliling tidak dapat sama sekali.

"Kadang dapat kadang tidak, sekarang lebih kepada cukup untuk makan saja, kadang dapat Rp.50 ribu kadang malah tidak dapat sama sekali, syukuri saja," ungkapnya.

Namun meski penghasilan jasa sol sepatu masih ada, Sukir telah meminta kepada anak-anaknya agar profesi jasa sol sepatu tidak dilanjutkan anak -anaknya.

"Cukup saya saja, saya pesan kepada anak-anak saya, carilah profesi lain yang lebih menghasilkan," ujarnya.

Kemudian untuk biaya jasa sol sepatu bervariasi, tergantung jenis sepatu atau sandal. Untuk sepatu wanita pelajar, ia mematok harga mulai Rp.10  ribu.

"Sementara harga termahal untuk sepatu besar mencapai Rp.15 ribu," ungkapnya.

 

 

 

Baca Berita Tribunsumsel.com Lainnya di Google News

Ikuti dan Bergabung Dalam Saluran Whatsapp Tribunsumsel.com

 

Berita Terkini