"Mulai saat itulah wilayah tersebut terkenal dengan sebutan Obyek Way Hitam 2," ujarnya.
Kemudian para warga Obyek Way hitam 2 mengusulkan nama wilayah kepada pejabat Way Hitam pada waktu itu dengan nama Bali Sentana.
"Kenapa Bali Sentana? karena pada waktu itu penduduknya 100 persen orang Bali Sedangkan Bali Sentana sendiri mengandung arti Keturunan Warga Bali," ceritanya.
Namun lanjut kata dia, nama itu tidak disetujui pada waktu itu karena mengandung unsur 'Bali'. Kemudian disarankan oleh pejabat Way Hitam waktu itu dengan nama 'Sentana Raya'.
"Akan tetapi warga kala itu menolak karena 'Raya' itu Keraya - raya atau terkatung - katung, kemudian para warga berembuk kembali," ujarnya.
Lalu pada saat itu banyak warga yang hamil kemudian mengambil inisiatif memberikan usul nama Manik yang artinya bakal atau benih dan Karang yang artinya empat atau wilayah.
"Jadi tercetuslah nama Karang Manik lalu nama ini diusulkan kembali kepada Pejabat Way Hitam barulah mendapat persetujuan. Sejak saat itulah terkenal dengan sebutan Karang Manik sampai sekarang," bebernya.
Selanjutnya ia juga bercerita, pada pertengahan tahun 1969 Kepala Rombongan Pan Watre digantikan oleh I Wayan Redana menjadi Ketua rombongan selama 1 tahun dari tahun 1969 - 1970.
Pada pertengahan tahun 1970 Kepala Rombongan diganti oleh Pan Sumatre.
Kemudian pada tahun 1972 Desa Karang Manik diserahkan kepada Pejabat Pemerintah Daerah yang pada waktu itu disebut dengan sebutan Pesirah yang dijabat oleh H Hamzah.
Kemudian Kepala Rombongan Desa Karang Manik di Kriyo yang dijabat oleh Pan Sumatre dan pendampingnya disebut ganti dengan sebutan Punggawo yang dijabat oleh I Wayan Redana.
Pada tahun yang sama yakni tahun 1972 barulah kelompok Transmigrasi dari Pulau Jawa berdatangan di Desa Karang Manik.
Pada tahun 1975 Pejabat Pemerintah Daerah Pesirah dibubarkan dan digantikan dengan nama Camat.
Lalu Kriyo diganti menjadi Lurah atau Kepala Desa yang dijabat oleh Pan Sumatre.
Serta Punggawo diganti menjadi Kepala Dusun yang dijabat oleh I Wayan Redana.