Dikatakan Kapolsek, api pertama kali diketahui oleh warga berasal dari atap rumah korban, yang kemudian dengan cepat langsung membesar.
"Api cepat membesar, karena rumah dari terbuat dari kayu," ungkap Kapolsek.
Dikatakan Kapolsek, berdasarkan pemeriksaan saksi-saksi dan identifikasi oleh anggota, diketahui api bersumber dari atap rumah korban.
"Saat kejadian, rumah dalam kondisi keadaan tertutup dan kedua korban berada di dalam rumah," kata Kapolsek.
Kemudian, dengan cepat api langsung membesar dan menjalar. Sebab rumah korban terbuat dari kayu yang sudah lumayan lapuk, sehingga rumah korban ludes terbakar.
Saat api membesar dibagian atap rumah korban, warga sekitar yang mengetahui hal tersebut, langsung teriak dan warga pun mendekati rumah korban.
"Selanjutnya warga sekitar secara bersama-sama bergotong royong berusaha memadamkan api menggunakan alat seadanya. Sekitar satu jam api berhasil dipadamkan," jelas Kapolsek.
Lebih lanjut Kapolsek menjelaskan, meskipun kejadian tersebut menelan 2 korban jiwa, namun pihak keluarga sudah ikhlas dan menerima kejadian tersebut sebagai musibah.
Baca juga: Detik-detik Dramatis Nenek dan Cucu Tewas Kebakaran di Musi Rawas, Sekdes Ungkap Fakta Pilu Korban
Baca juga: Diduga Korsleting Listrik, Kebakaran Rumah di Musi Rawas Tewaskan Nenek dan Cucu
Korban Buta dan Sakit
INSIDEN kebakaran yang menewaskan Nenek Sima (90) dan cucunya Lismi (10) mendapat atensi warga Dusun 6 Desa Sungai Pinang Kecamatan Muara Lakitan, Kabupaten Musi Rawas.
Sekretaris Desa (Sekdes) Sungai Pinang Kecamatan Muara Lakitan, Adi mengatakan, Nenek Sima, adalah seorang tuna netra.
"Kedua korban adalah nenek dan cucu. Sang nenek Sima, buta dan sakit," kata Adi kepada Sripoku.com, Minggu (22/9/2024).
Saat kejadian kebakaran lanjut Sekdes, korban nenek Sima, sedang terbaring di kamarnya karena kondisinya yang sedang sakit. Sedangkan, cucunya sedang tertidur.
"Korban ini sebenarnya tinggal di rumah berempat, yakni Lidia sebagai kepala keluarga (KK) dan dua anak Lidia serta ibunya," jelas Sekdes.
Hanya saja, waktu kejadian Lidia dan anak laki-lakinya yang berusia sekitar 12 tahun atau duduk di bangku kelas 6 SD, sedang tidak berada di rumahnya.