TRIBUNSUMSEL.COM - Ratusan driver ojek online melakukan unjuk rasa di depan Patung Kuda Monas di Jalan Medan Merdeka Barat, Kecamatan Gambir, Jakarta Pusat, Kamis (29/8/2024) siang.
Selain itu, mereka juga kompak menghentikan aktivitas aplikasi untuk pengantaran kepada konsumen.
Salah satu driver ojek online (ojol) wanita yang mengikuti aksi unjuk rasa mengeluh sering mendapatkan sanksi hingga tarif rendah dari mitra aplikasi.
Saat ditemui Wartakotalive.com, driver aplikasi oranye, Melisa Pardede mengatakan, selama ini ia mengeluhkan pihak perusahaan
Pasalnya, kata Melisa, ia sering kali disuspen atau disanksi karena menolak atau cancel orderan yang masuk.
"Kami berharap pihak aplikasi jangan menekan mitra, kami mau uang, enggak ada yang enggak mau uang," katanya, Kamis (29/8/2024) siang.
Melisa melanjutkan, pihak aplikasi seharusnya bisa melihat kondisi di lapangan karena terkadang orderan tidak sesuai kenyataan.
Misalnya, Melisa pernah mendapatkan orderan membawa barang gula sebesar 30 Kg dan membawa bamper mobil.
Secara logika, orderan itu tidak seharusnya dibawa menggunakan sepeda motornya karena barangnya tidak sesuai.
"Kami dapat 1 orderan kemudian di cancel, itu dapat suspen selama 30 menit. Jadi simbiosis mutualisme aja, aplikasi butuh kami, kami butuh aplikasi," tegasnya.
Meski begitu, dikatakan Melisa, ia merasa bersyukur dengan tarif yang diberikan oleh pihak aplikasi oranye yaitu Rp 2.000 perkilometernya.
Baca juga: Demo Revisi Tarif Naik, Driver Ojol Tak Ikut Diperbolehkan Beroperasi Tanpa Atribut: Hargai Kami
Hanya saja sistem suspen itu harus diperbaiki supaya para driver masih bisa mencari orderan lain.
"Tarif sudah bagus, tapi jangan cengeng Shoope, sedikit-sedikit suspen. Maps juga harus dimunculkan karena kami ini pengantar yang hanya andalkan otak terbatas," tuturnya.
Kendati begitu, ia berharap, pemerintah mau mendengarkan seruan dan keluhan dari drive Ojol terkait masalah yang dialami.
Sehingga, kata Melisa, para driver mendapatkan kesejahteraan yang layak dan tidak dibayar murah oleh pihak aplikasi.
"Kami bangga jadi mitra, tapi Shoopee harus bisa lebih baik lagi," imbuhnya.
Baca juga: Penjelasan Grab Indonesia Ribuan Ojol Gelar Demo, Sebut Tak Potong Pendapatan Mitra Pengemudi
Sebelumnya diberitakan, sekitar 500-1.000 pengemudi ojol dan kurir se-Jabodetabek dijadwalkan menggelar demonstrasi pada Kamis pukul 12.00 WIB.
Aksi ini bertujuan untuk menyampaikan aspirasi mereka terkait kondisi yang mereka anggap tidak adil.
“Para pengemudi ojol makin tertekan oleh perusahaan aplikasi, sedangkan pihak pemerintah juga belum dapat berbuat banyak untuk memenuhi rasa keadilan dan para mitra perusahaan aplikasi. Hingga saat ini, status hukum ojek online ini kami nilai masih ilegal tanpa adanya legal standing berupa undang-undang,” kata Ketua Umum Asosiasi Pengemudi Transportasi Daring Roda Dua Garda Indonesia Igun Wicaksono.
Mereka menuntut perlindungan hukum berupa undang-undang agar perusahaan tidak semena-mena terhadap pengemudi ojol dan kurir yang berstatus sebagai mitra.
"Dengan belum adanya legal standing bagi para pengemudi ojol, maka perusahaan aplikasi bisa berbuat sewenang-wenang tanpa ada solusi dari platform dan tanpa dapat diberikan sanksi tegas oleh pemerintah," ujar Igun.
Igun juga menegaskan bahwa aksi akan dilakukan secara damai tanpa provokasi.
Ia berharap perusahaan dan pemerintah menghormati serta menerima aspirasi pengemudi ojol dan kurir.
"Harapan kami perusahaan aplikasi juga menghormati penyampaian pendapat dari para mitranya sebagai bentuk masukan yang perlu diperhatikan dan pemerintah dapat menyimpulkan permasalahan yang terus berulang di ekosistem transportasi online ini," tutur Igun.
Gojek Klaim Driver-nya Tetap Beroperasi
Sementara disisi lain, Rosel Lavina, Head of Corporate Affairs Gojek, dalam keterangan resminya mengatakan, operasional Gojek akan tetap berjalan normal dan konsumen dapat tetap menggunakan layanan Gojek seperti biasa.
Kami juga mengimbau kepada mitra driver agar tidak terprovokasi dan tetap beroperasi seperti biasa.
Gojek akan menindak tegas oknum-oknum yang melakukan tindakan yang merugikan terhadap pelanggan maupun mitra kami," ujar
Rosel bilang, pihaknya sangat terbuka terkait aspirasi para mitra ojol terkait tarif.
Namun hal itu dapat dilakukan dengan komunikasi yang baik dan tidak kontraproduktif.
Karena hal tersebut dapat merugikan para mitra ojol dan kurir online yang menggantungkan pendapatannya sebagai ojol dan kurir online.
"Kami sangat terbuka terhadap aspirasi rekan-rekan mitra driver aktif Gojek dan senantiasa menghimbau agar disampaikan secara kondusif dan tertib.
Selama ini, mitra driver aktif Gojek juga menyampaikan aspirasinya melalui berbagai wadah komunikasi formal yang kami miliki,” ujarnya.
Kata Grab Indonesia
Selain itu, Manajemen Grab Indonesia menanggapi soal aksi unjuk rasa ribuan driver ojek online (ojol) di Jakarta, Kamis (29/8/2024).
Menanggapi soal aksi unjuk rasa para driver ojol, Chief of Public Affairs Grab Indonesia, Tirza Munusamy, menegaskan bahwa perusahaan tidak pernah melakukan pemotongan pendapatan mitra pengemudi untuk dialokasikan sebagai diskon bagi konsumen.
"Kami menjamin bahwa Grab Indonesia tidak pernah memotong pendapatan Mitra Pengemudi untuk dialokasikan sebagai diskon bagi konsumen,” ujar Tirza dalam keterangan resmi yang diterima Kompas.com pada Kamis, (29/8/2024).
Tirza menjelaskan bahwa semua biaya promosi yang diterapkan oleh Grab sepenuhnya ditanggung oleh perusahaan dan dirancang untuk meningkatkan permintaan konsumen.
Hal ini diharapkan dapat memberikan dampak positif pada pendapatan mitra pengemudi.
Selain itu, Tirza menyebutkan bahwa tarif layanan pengantaran Grab sudah ditetapkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Tarif ini dirancang untuk menjaga pendapatan pengemudi dan memastikan stabilitas permintaan pasar terhadap layanan Grab.
"Penting untuk diketahui bahwa besaran tarif layanan pengantaran Grab telah dihitung secara saksama sesuai dengan ketentuan Pasal 3 Permenkominfo No. 1/Per/M.Kominfo/01/2012 tentang Formula Tarif Layanan Pos Komersial,” imbuhnya.
Sebelumnya ada seruan yang diedarkan melalui media sosial, Koalisi Ojek Nasional menyerukan seluruh driver ojek hingga kurir online melakukan aksi unjuk rasa dan
Respon mitra ojol pun beragam, ada yang turut serta maupun mengaku tetap beroperasi.
Pasalnya, tak sedikit yang menjadikan aplikasi ojek online sebagai sumber pendapatan utama untuk keluarga.
Salah satunya dari Hilman, driver ojol yang memilih untuk tidak ikut dalam aksi demo massa.
Menurutnya, ajakan tidak beroperasi tidak bisa ia lakukan lantaran itu menjadi sumber pendapatan utama untuk menafkahi keluarga.
Ya, Hilman harus menaggung kebutuhan untuk istri dan ketiga anaknya yang masih sekolah.
"Saya memiliki anak 3 sudah bersekolah semua (SMP,SD,SD,) dan memiliki istri yang cuma hanya sebagai ibu rumah tangga. Dengan hidup yang masih ngontrak tuk bertempat tinggal. Saya cuma ingin menyampaikan kalo saya secara pribadi akan Onbid (beroperasi) karena buat mencari ongkos sekolah anak-anak," kata Hilman, dilansir dari Tribunnews.com.
Terkait tidak akan beroperasinya para mitra ojol dan kurir online, para aplikator pun ikut merespon kabar tersebut.
Para Ojol dan Kurir Demo dan Matikan Aplikasi
Aksi tersebut dilakukan terkait penyesuaian tarif yang dinilai tidak adil antara aplikator dengan mitra pengemudi ojek online.
Hal itu disampaikan oleh Presidium Koalisi Ojol Nasional (KON) Andi Gustianto melansir dari Kontan.
"Kami atas nama driver ojek online se-Jabodetabek dan se-Indonesia tidak akan menerima atau mengambil orderan dalam bentuk apapun (food, ride, dan paket) pada tanggal 29 Agustus 2024 sampai jam yang belum bisa ditentukan,” kata Presidium Koalisi Ojol Nasional (KON) Andi Gustianto dalam keterangannya, Rabu, (28/8/2024).
KON meminta masyarakat untuk memahami jika besok sulit untuk mengakses layanan ojol dari berbagai provider.
Massa ojol yang bakal demo besok merupakan mitra ojol dari provider aplikasi Grab, Gojek, Maxim, SopheeO, dan Lalavove.
"Diharapkan para pengguna jasa ojek online mencari atau menggunakan cara lain untuk memenuhi kebutuhan di hari dan tanggal tersebut di atas. Mohon maaf atas ketidaknyamanan ini,” imbau Presidium KON itu.
Dalam isi tuntutannya, para driver ojek hingga kurir online adalah mendesak pemerintah merevisi Perkemenkominfo Nomor 1 Tahun 2012 tentang Layanan Pos Komersil untuk Mitra Ojek Online dan Kurir Online di Indonesia.
Para ojol meminta pemerintah mengevaluasi kerja sama aplikator yang mengandung unsur ketidakadilan dengan pengemudi ojek online dan kurir online di Indonesia.
Pemerintah juga diminta mendukung program layanan tarif hemat, dan penyeragaman layanan tarif seluruh aplikator terhadap mitra ojek maupun kurir online.
"Kami meminta kepada pemerintah untuk melegalkan ojek online agar mendapat perlindungan dari pemerintah bahkan dari negara sekalipun,” tandas Andi.
Respons Kemnaker
Soal aksi demo driver ojol, Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Ketenagakerjaan Kemnaker, Indah Anggoro Putri mengaku belum mendapat informasi soal aksi tersebut.
Namun, ia menyebut beberapa hal terkait potongan aplikator yang mencapai 30 persen. Indah menyebut hal itu bukan kewenangan Kemnaker untuk mengatur. "Saya belum dengar. Biasanya kalau mau demo ngundang saya," katanya hari ini.
Baca juga berita lainnya di Google News
Ikuti dan Bergabung di Saluran Whatsapp Tribunsumsel.com