Berita Viral

Mengenal Dokter Sudanto 6 Tahun Layani Warga di Asmat, Rela Cuma Dibayar Rp 2 Ribu Saat Obati Pasien

Editor: Moch Krisna
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sosok Dokter Soedanto Viral Dijuluki Dokter Dua Ribu Rupiah

TRIBUNSUMSEL.COM -- Mengenal Dokter Sudanto viral kisahnya merawat pasien dengan dibayar murah.

Adapun Dokter Sudanto rela melakoni pekerjaan mulianya hanya dengan bayaran Rp 2 ribu.

Melansir dari Tribunjatim.com, Kamis (13/6/2024) Dokter Sudanto bernama lengkap dr Fransiskus Xaverius Soedanto atau FX Soedanto.

Rupanya Dokter Sudanto melayani warga Papua dengan tarif Rp 2 ribu, ia mengabdi selama puluhan tahun di tengah keterbatasan.

Ia meninggalkan kampung halamannya di Pulau Jawa, tepatnya di Kebumen, Jawa Tengah, demi melayani masyarakat di ujung timur Indonesia, tanah Papua.

Dokter Sudanto bernama lengkap dr Fransiskus Xaverius Soedanto atau FX Soedanto.

Fransiskus Xaverius Soedanto lahir dari pasangan Umar dan Mursila, sebagai anak keenam.

Ibunya yang berprofesi sebagai perawat menjadi inspirasi baginya saat memilih meninggalkan studi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan di Universitas Gadjah Mada atau UGM untuk memasuki Fakultas Kedokteran UGM.

Pengabdian dokter yang terkenal karena melayani pasiennya hanya dengan tarif Rp 1.000 itu berawal sejak tamat dari Fakultas Kedokteran UGM pada 1975.

Saat itu, dia mendaftar program Dokter Inpres.

Fransiskus Xaverius Soedanto muda mendapat penempatan di Asmat, Irian Jaya, atau sekarang dikenal Papua.

"Begitu SK Gubernur keluar 1975, saya ke Asmat dan jadi dokter di rumah sakit peninggalan Belanda," tutur pria kelahiran Kebumen, Jawa Tengah itu, melansir dari Tribun Timur.

Terhitung, 6 tahun Fransiskus Xaverius Soedanto melayani masyarakat di Asmat.

Berjalan kaki masuk – keluar hutan dan rawa, Fransiskus Xaverius Soedanto mengecek kesehatan masyarakat dari satu kampung ke kampung lainnya.

Bahkan, saat menembus luasnya hutan Asmat untuk menjangkau para pasien, Fransiskus Xaverius Soedanto hanya mengkonsumsi makanan seadanya.

"Saya hanya makan sagu dan ikan, sebab tidak ada sayur di sana, karena daerahnya rawa," ujarnya.

Halaman
123

Berita Terkini