TRIBUNSUMSEL.COM,MUARAENIM- Sebanyak 100 peserta pekebun sawit asal muara enim yang mendapat pelatihan teknik budidaya tanaman sawit yang didalamnya diajarkan tips cara meningkatkan produktifitas minimal 25 ton per ha per tahun.
Kepala Dinas Perkebunan Muara Enim Holika S.Sos, M.Si mengatakan agar target produktifitas sawit 25 – 30 ton per ha per tahun tidak hanya menjadi angan-angan tetapi menjadi kenyataan, maka semua peserta agar memanfaatkan momentum pelatihan dengan banyak bertanya bagaimana cara mencapainya.
Direktur BPI Friyandito, SP. MM, memastikan apabila peserta banyak bertanya dalam sesi pelatihan, setidaknya akan memiliki pengetahuan tentang solusi bagaimana cara meningkatkan produktifitas minimal 25 ton per ha per tahun.
BEST PLANTER INDONESIA (BPI) yang mendapat amanah dari BPDPKS & DITJENBUN untuk melatih para pekebun sawit ini menghadirkan 13 pelatih atau pengajar yang berlatar belakang praktisi sawit.
Salah satu narasumber senior BPI Ir. Sunarko, M.Si dalam proses mengajar peserta yang seluruhnya pekebun sawit ini mengambil metafora tentang Kelapa Sawit yang “MANJA tetapi BAIK HATI”.
Sunarko melanjutkan bahwa “MANJA” berarti memerlukan syarat tumbuh kalau ingin hasilnya maksimal, misalnya menuntut cahaya matahari penuh, jenis dan kelas lahan yang sesuai.
"Apakah lahan mineral dan kelas 1, 2, 3 atau lahan-lahan marginal dan lahan gambut, semua nya membutuhkan perlakuan yang berbeda apabila kita menginginkan hasilnya baik," ujarnya.
Baca juga: 800 Pekebun Sawit di Sumsel Berhasil Dididik BPI Bersama BPDPKS & DITJENBUN Selama 3 Tahun
Demikian juga bahan tanam (bibit) harus unggul, penanaman dan pemeliharaan tanaman harus sesuai dengan kebutuhan tanaman, ini semua merupakan faktor penentu produktivitas tanaman kelapa sawit.
Kegiatan teknis pemeliharaan yang lain seperti kastrasi, sanitasi, pemupukan, proteksi tanaman dan penunasan merupakan kunci sukses berkebun kelapa sawit, demikian Sunarko memaparkan penjelasannya.
Lanjut Sunarko “kemanjaannya” tersebut apabila kita bisa menunjukkan pengelolaan yang sesuai dengan kebutuhannya, maka kelapa sawit juga akan “berbaik hati” kepada manusia yang membudidayakannya.
Kebun kelapa sawit yang dikelola dengan teknis budidaya yang benar, akan “berbaik hati” dengan mempersembahkan kepada manusia lebih banyak dari yang diminta.
"Kita tahu bahwa hampir tidak ada yang terbuang dari produk yang dihasilkan oleh kelapa sawit, kehidupan kita sehari-hari juga sebagian besar menggunakan produk sawit dan turunannya baik mingak goreng, margarin, sabun, kosmetik bahkan energi biosolar," tegasnya.
Riset sudah membuktikan dari sawit bisa menjadi bensin kendaraan bahkan avtur untuk bahan bakar pesawat terbang, sementara limbah cairnya bisa untuk energi listrik (biogas), limbah padatnya untuk pupuk dan bungkil ex pabrik KCP untuk makanan ternak.
"Yang penting kita jangan lengah dalam merawat tanaman kelapa sawit tersebut, kesalahan dalam perawatan TBM maupun TM, khususnya dalam pemupukan dan proteksi tanaman yang salah bisa berakibat terhadap penurunan produktifitas," tutur dia.
Pekebun sawit yang menjadi bagian bangsa Indonesia harus lebih banyak lagi bersyukur, karena wilayah negara kita berada di sekitar garis katulistiwa yang beriklim tropis, dengan demikian kita bisa menjadi negara penghasil minyak sawit terbesar di dunia.
"Bagi pekebun sawit, poin penting yang harus diperhatikan apabila produktivitas tanaman ingin maksimal sesuai potensi tanaman adalah bibit harus unggul bersertifikat, pemupukan yang tepat waktu, tepat dosis, tepat aplikasi, tepat jenis, kendalikan penyakit khususnya Ganoderma dengan biocontrol jamur Trichoderma, dan pastikan mendapatkan cahaya matahari penuh,"ungkapnya.
Baca berita menarik lainnya di google news