Bulan Ramadhan

Makna Kembali Suci Seperti Bayi Baru Lahir Setelah Puasa Ramadhan, ini Kata Ulama Berikut Amalannya

Penulis: Lisma Noviani
Editor: Lisma Noviani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Makna kembali suci seperti bayi yang baru lahir, setelah sebulan berpuasa Ramadhan, ini kata ulama dan amalannya.

TRIBUNSUMSEL.COM -- Makna kembali suci seperti bayi yang baru lahir, setelah sebulan berpuasa Ramadhan, ini kata ulama dan amalannya.


Kita sering mendengar, bahwa ketika seorang muslim telah melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadhan, insya Allah ketika Ramadhan berakhir, dia akan suci, seperti bayi yang baru lahir.

Apa maksud dan makna kembali suci ibarat bayi baru lahir itu? Amalan apa yang bisa kita lakukan agar dapat  meraih predikat kembali suci tersebut, berikut penjelasannya.

Kalimat tersebut bukanlah sembarang kalimat. Kalimat tersebut merupakan makna dari sebuah hadits yang diriwayatkan Al Bukhari, yang berbunyi:


“Barangsiapa berpuasa Ramadhan atas dasar iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni.”

Ibadah puasa sejatinya membersihkan jiwa manusia yang dengan itu seakan-akan dirinya terlahir kembali tanpa dosa sebagaimana seorang bayi.

Dikutip dari laman Muhammadiyah, disebutkan ada dua pengertian dari puasa sebagai usaha membersihkan jiwa.

Pertama yaitu membersihkan manusia dari akidah atau keyakinan yang merusak Keislaman. Dalam kaitan ini puasa membawa manusia kembali menjadi muslim atau seorang yang Berislam secara hanif dan lurus.

Kedua, maknanya adalah bagaimana dengan berpuasa kita membersihkan diri kita ini dari sifat-sifat yang tercela, misalnya sifat hayawaniah (kebinatangan).

Misalnya rakus, atau sifat-sifat tamak, atau menggunakan kekerasan untuk meraih tujuan, tidak bisa mengendalikan nafsu dan lain sebagainya.

Suci kembali seperti bayi, jika si manusia ini, menunaikan apa yang diperintah Allah, seperti mengikis hawa nafsu tesebut, termasuk berpuasa, membayar zakat harta dan zakat fitrah dll.

Ibadah puasa sebagai bentuk efektif mengikis sifat Syaithaniyah di dalam diri manusia seperti isyraf (berlebihan), tabdzir (mubazir), sombong, takabur, dan berbagai macam akhlak tercela. Apalagi, hadis Nabi menyebutkan bahwa di dalam bulan Ramadan, pintu surga terbuka seluas-luasnya dan pintu neraka ditutup.

Karena itu maka selama berpuasa kita senantiasa beristighar kepada Allah, memohon ampun kepada Allah dan kita diberi kesempatan untuk berbuat baik yang seluas-luasnya dan beramal yang sebanyaknya.

Sehingga ketika kita selesai melaksanakan ibadah puasa, di dalam hadis, kita disebut kembali pada fitrah. Ada dua ibadah yang jika dilakukan dengan benar, niat karena Allah, maka ibadah itu akan membawanya bersih dari segala dosa. Ibadah itu adalah puasa Ramadan dan haji yang mabrur.

Oleh karena itu selesai puasa, kita senantiasa mengatakan idul mubarak, hari raya yang diberkahi dan kita sering mengucapkan Idulfitri. Kata Idul atau kembali diartikan kita bisa makan dan minum. Tapi sesuai hadis adalah kembali pada kesucian kita sebagai makhluk yang bersih dari segala dosa, dan sebagai manusia, kita menjadi hamba Allah yang berakhlakul-karimah,” pungkasnya.

Halaman
12

Berita Terkini