Nur Hotiba mengatakan rekam jejak komunikasi antara pihak puskesmas dengan RSUD Syamrabu masih tersimpann.
Ia juga menyebut, pembukaan yang dialami Mukararromah tergolong cepaat hingga muncul bagian terendah yang sudah nampak di jalan lahir.
"Maka ibu itu mendapat pertolongan, karena bayi sudah di jalan lahir. Di satu sisi kami sudah berkomunikasi dengan pihak rumah sakit. Posisi pantat bayi duluan. di samping itu tensi ibunya 180/100 disebut dengan istilah medis Pb atau keracunan kehamilan,” papar Nur," terangnya.
Kronologi Versi Korban
Adapun kejadian memilukan ini berawal saat Mukkarromah pergi ke bidan kampung dan dirujuk ke Puskesmas Kedungdung Bangkalan.
Akan tetapi Mukarromah tak segera mendapat rujukan oleh bidan.
Ia justru dibawa ke ruangan di Puskesmas yang biasa digunakan untuk persalinan.
Mukarromah pun tak langsung mendapatkan penanganan atas kondisinya.
Sehingga Mukarromah menanyakan kembali terkait surat rujukan yang tidak kunjung diberikan lantaran dirinya juga khawatir akan kondisi bayinya.
"Sampai di puskesmas saya juga minta rujukan, ingin melahirkan secara operasi di (Kota) Bangkalan.
Saya dibawa ke ruang persalinan di belakang, namun saya bilang saya mau minta rujukan. Namun saya mau diperiksa dulu,” ungkap Mukarromah.
Bidan pun menelepon dokter di Bangkalan terlebih dahulu untuk diperiksa.
"Iya bu sebentar, ibu mau diperiksa dulu. Saya mau telepon dokter Bangkalan dulu, saya mau (menghubungi via) WA," kata sang bidan yang ditirukan oleh Mukarromah.
Kemudian datanglah bidan bernama Mega ke puskesmas tersebut.
Ia mengatakan bahwa Mukarromah telah mengalami bukaan empat dan disarankan agar melahirkan di puskesmas saja.