Karena saya ini mengoperasikan laptop, kemudian menulis itu menggunakan kaki," ungkap Elo.
Anak pertama dari tiga bersaudara ini berada di sekolah umum sejak duduk di bangku TK hingga kuliah.
Sehingga, dirinya sudah merasa terbiasa di lingkungan pendidikan nondisabilitas.
Selama menjalani perkuliahan, Elo juga hanya mau menerima layanan pendampingan dari pihak kampus saat awal menjadi mahasiswa baru (maba).
"Saya selama kuliah tinggal di asrama atau rusunawa UB, di lantai 1 khusus penyandang disabilitas.
Kemudian, saya mendapatkan pelayanan pendampingan hanya sewaktu maba semester 1 dan 2, karena untuk keperluan membawa barang-barang," jelas dia.
Selama kuliah, Elo dikenal aktif mengikuti berbagai organisasi.
Di antaranya, Eksekutif Mahasiswa (EM) pada bidang Advokasi, dan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Forum Mahasiswa Peduli Inklusi (FORMAPI) di bidang Humas.
Elo menilai, organisasi bisa mengasah kemampuannya dalam bidang desain grafis.
"Waktu kuliah saya juga aktif di komunitas inklusi Kopinus atau Komunitas Peduli Inklusi Nusantara, sebagai admin sosial media konten kreator, dan masih aktif saat ini.
Ini komunitas di luar kampus, kegiatannya biasanya kunjungan ke sekolah memberi sosialisasi mengenai disabilitas, untuk memberi semangat atau webinar, kaum marjinal lainnya," timpal Elo.
Dia juga pernah menjadi editor dengan dilibatkan dalam proyek kecil pembuatan video pendek bersama komunitas Inkrebilitas pada tahun 2021.
Video tersebut berisi tentang bagaimana penyandang disabilitas menghadapi pandemi Covid-19.
Elo juga pernah dipercaya menjadi pembawa acara di konferensi internasional yang diadakan oleh AIDRAN (Australia Indonesia Disability Research and Advocacy Network)-Fakultas Hukum (FH) UB pada tahun 2019.
Dari kegiatan itu, mengantarkan Elo diterima bekerja di National Government Organization (NGO) tersebut.
Baca tanpa iklan