Menurutnya warga takut melakukan aksi protes, karena khawatir keluhan mereka hanya dianggap angin lalu oleh dinas di Kabupaten Musi Rawas.
"Saking banyaknya jumlah lalat saat panen ayam broiler, hingga malam hari suara bising dari lalat masih mengganggu kami saat akan tidur," ungkapnya.
Dia sendiri juga merasa jijik dengan adanya binatang yang memiliki nama ilmiah Diptera tersebut. Apalagi hewan tersebut identik dengan pembawa penyakit lantaran biasa hidup ditempat yang kotor.
Bahkan saking banyaknya lalat membuat pengunjung rumah makan milik orang tuanya yang sudah berjualan puluhan tahun terancam tutup.
"Semenjak lalat merebak ini tidak ada satupun pengunjung yang datang, mungkin pengunjung merasa jijik mau makan karena banyak lalat," ujarnya.
Untuk itu, Kherly berharap kepada pemerintah Musi Rawas agar menegur pemilik kandang dan bahkan sebisa mungkin jangan membuat kandang ditengah pemukiman warga.
"Kami minta sebisa mungkin kandang itu dibongkar, kalau mau buat kandang harus harus jauh dari pemukiman minimal 1 Km dari rumah-rumah penduduk desa warga," ungkap.
Kherly juga menambahkan apabila keluhannya tidak digubris akan mengajak warga untuk melakukan demo supaya kandang ditutup.
"Saya akan ajak warga untuk nutup dan kami laporkan ke yang lebih tinggi lagi," tambahnya.