Pada masa kecilnya, Panglima Jilah memiliki kelainan dari teman-temannya kala itu.
Dibeberkannya lidahnya sering keluar, perut buncit dan keterbatasan dalam bicara alias gagap.
Tak heran jika ia sering mendapat perundungan dari lingkungan sekitarnya.
Namun, sejak kecil ia memiliki jiwa kepemimpinan Panglima yang tinggi.
Menjadi kakak dari 5 adik-adiknya, Panglima Jilah tak jarang harus makan singkong demi adik-adiknya bisa makan nasi dan lauk pauk.
Ayahnya yang hanya berprofesi sebagai petani membuat masa kecil Panglima Jilah serba kekurangan. Namun begitu, Panglima Jilah sebenarnya memiliki garis keturunan panglima atau pangalangok dari keluarga orangtuanya.
Ayahnya berasal dari Ne’ Macatn, sedangkan sang ibu datang dari keturunan Ne’ Bandong, Ne Matas.
Garis keturunan itulah yang membuatnya dipercaya menjadi sosok pemimpin Pasukan Merah Dayak.
Baca juga: Reaksi Siswa A Saat Ditegur Akbar Guru PAI Salat, Menatap Tajam Usai Dihukum, Orangtua Lapor Polisi
Ia merupakan cucu dari seorang panglima yang sangat terpandang pada jaman kerajaan.
Maka tak heran Panglima Jilah sangat disegani sekaligus dikagumi khususnya di Pulau Kalimantan.
Ia berdiri di barisan terdepan untuk memperjuangkan hak masyarakat yang terancam dirampas pihak lain.
Hingga Panglima Jilah pun dijadikan simbol perjuangan masyarakat dalam mencari keadilan di tanah leluhurnya.
Ia menguasai seni beladiri tradisional Dayak dan memiliki kesaktian ilmu kebal.
Tubuhnya dibalut dengan tato khas Dayak hingga penampilan Panglima Jilah selalu menarik perhatian.
Bersama Pasukan Merah yang dipimpinnya, Panglima Jilah terus menghidupkan tradisi dan adat istiadat yang mulai tergerus jaman.