Arti Kata Bahasa Arab

Arti Dhaif, Hadits Dhaif, Berikut Contohnya, Perbedaan Mendasar dengan Hadits Shahih dan Hassan

Penulis: Lisma Noviani
Editor: Lisma Noviani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Arti Dhaif, Hadits Dhaif, Berikut Contohnya, Perbedaan Mendasar dengan Hadits Shahih dan Hassan

TRIBUNSUMSEL.COM -- Arti Dhaif, Hadits Dhaif, Berikut Contohnya, Perbedaan Mendasar dengan Hadits Shahih dan Hassan.

Kata Dhaif  berasal dari bahasa Arab.

Dhaif (ضعيف) artinya “yang lemah (terus menerus)” artinya sifat lemah itu bersifat terus menerus (tetap). Ia merupakan bentuk shifat musyabbahah dari ضعف. Adapun ضعف adalah bentuk fi’il madhi (kata kerja lampau) yang berarti “telah lemah”.

Lawan kata atau antonim dari dhaif adalah Qowwiy (لقَوِيُّ) artinya adalah kuat.

Akar kata q-w-y dalam bahasa Arab Klasik diartikan sebagai: Kuat, keras, benar-benar kuat, mengeras, kokoh penuh kekuatan atau tenaga untuk mengalahkan.

Al qowwiyyu artinya Allah Yang Maha Kuat, salah satu nama indah (asmaul husna) Allah.

Kata dhaif dan qowwiy banyak dipakai dalam istilah-stilah bahasa Arab. Salah satu yang terkenal adalah penggunaan dhaif pada macam-macam hadits ditinjau dari periwayatnya.

Hadist Dhaif
Kata Dhaif menurut bahasa berarti lemah, sebagai lawan dari Qawiy yang kuat. Sebagai lawan dari kata shahih, kata dhaif secara bahasa berarti hadist yang lemah, yang sakit atau yang tidak kuat.

Secara terminologis, para ulama mendefinisikannya secara berbeda-beda. Akan tetapi pada dasarnya mengandung maksud yang sama.

Pendapat An-Nawawi mengenai hadist dhaif adalah sebagai berikut: “Hadist yang didalamnya tidak terdapat syarat-syarat Hadist Shahih dan syarat-syarat Hadist Hasan.”

Muhammad ‘Ajjaj al-Khathib menyatakan bahwa definisi hadis Dha’if adalah: “segala hadis yang di dalamnya tidak terkumpul sifat-sifat maqbul”.

Sifat-sifat maqbul dalam definisi di atas maksudnya adalah sifat-sifat yang terdapat dalam hadis shahih dan hadis hasan, karena keduanya memenuhi sifat- sifat maqbul.

Dengan demikian, definisi kedua tersebut sama dengan definisi berikut: “Hadis yang di dalamnya tidak berkumpul sifat-sifat hadis shahih dan hadis hasan “.

Menurut Nur Al- Din ‘Itr, definisi yang paling baik tentang hadis dha’if adalah: “Hadis yang hialang salah satu syaratnya dari syarat-syarat hadis maqbul”.

Maksudnya, suatu hadis yang tidak memenuhi salah satu syarat(kriteria) hadis shahih atau hasan dinyatakan sebagai hadis dha’if yang berarti hadis itu bertolak untuk dijadikan hujjah.

Kriteria & Macam-Macam Hadis dha’if


Pada definisi diatas terdapat bahwa hadis dha’if tidak tidak memenuhi salah satu dari kriteria hadis shahih atau hadis hasan.

Sebagaimana telah di jelaskan di atas, kriteria-kriteria hadis shahih adalah

1. Sanadnya bersambung

2. Periwayat adil

3. Periwayat dhabit

4. Terlepas dari syadz

5. Terhindar dari illat. Adapun kritria-kriteria hadis hasan adalah 1 sanadnya bersambung Terhindar dari illat.

Berhubung hadis dha’if tidak memenuhi salah satu dari beberapa kriteria diatas, maka kriteria hadis dhi’if adalah :

1 sanadnya terputus

2. Periwayat tidak adil

3. Periwayat tidak dhabit

4. Mengandung syadz

5. Mengandung illat.

Lawan dari Hadits dhoif adalah hadits shahih dan hadits hassan. Kedua hadits inilah yang insyaallah memang berasal dari Nabi karena jelas sanad dan perawinya.

Berikut penjelasannya:

Hadist Shahih
Kata shahih menurut bahasa berasal dari kata shahha, yashihhu, suhhan wa shihhatan wa shahahan, yang menurut bahasa berarti yang sehat, yang selamat, yang benar, yang sah dan yang benar.

Para ulama biasa menyebut kata shahih sebagai lawan kata dari kata saqim (sakit). Maka hadist shahih menurut bahasa berarti hadist yang sah, hadist yang sehat atau hadist yang selamat.

Hadist shahih didefinisikan oleh Ibnu Ash Shalah sebagai berikut: "Hadist yang disandarkan kepada Nabi saw yang sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh (perawi) yang adil dan dhabit hingga sampai akhir sanad, tidak ada kejanggalan dan tidak ber'illat."

Ibnu Hajar al-Asqalani mendefinisikan hadist dengan lebih ringkas yaitu: "Hadist yang diriwayatkan oleh orang–orang yang adil, sempurna kedzabittannya, bersambung sanadnya, tidak ber'illat dan tidak syadz."

Dari kedua pengertian di atas, dapat dipahami bahwa hadist shahih merupakan hadist yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW. Sanadnya bersambung, perawinya yang adil, kuat ingatannya atau kecerdasannya, tidak ada cacat atau rusak.

Syarat-Syarat Hadist Shahih
Menurut ta'rif muhadditsin, suatu hadist dapat dikatakan shahih apabila telah memenuhi lima syarat:

Sanadnya bersambung.

Tiap–tiap periwayatan dalam sanad hadist menerima periwayat hadist dari periwayat terdekat sebelumnya. Keadaan ini berlangsung demikian sampai akhir anad dari hadits itu. Periwayatan bersifat adil.

Periwayat adalah seorang muslim yang baligh, berakal sehat, selalu memelihara perbutan taat dan menjauhkan diridari perbuatan-perbuatan maksiat.

Periwayatan bersifat dhabit. Dhabit adalah orang yang kuat hafalannya tentang apa yang telah didengarnya dan mampu menyampaikan hafalannya kapan saja ia menghendakinya.

Tidak janggal atau Syadz.

Adalah hadist yang tidak bertentangan dengan hadist lain yang sudah diketahui tinggi kualitas ke-shahih-annya.

Terhindar dari 'illat (cacat).

Adalah hadits yang tidak memiliki cacat, yang disebabkan adanya hal-hal yang tidak baik atau yang kelihatan samar-samar.


Hadist Hasan
Menurut pendapat Ibnu Hajar, hadist hasan adalah hadist yang dinukilkan oleh orang yang adil, yang kurang kuat ingatannya, yang muttasil sanadnya, tidak cacat dan tidak ganjil.

Imam Tirmidzi mengartikan hadist hasan sebagai berikut : “Tiap-tiap hadist yang pada sanadnya tidak terdapat perawi yang tertuduh dusta (pada matan-nya) tidak ada kejanggalan (syadz) dan (hadist tersebut) diriwayatkan pula melalui jalan lain”.

Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa hadist hasan tidak memperlihatkan kelemahan dalam sanadnya.

Disamping itu, hadist hasan hampir sama dengan hadist shahih. Perbedaannya hanya mengenai hafalan, di mana hadist hasan rawinya tidak kuat hafalannya.

Syarat-Syarat Hadist Hasan
Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi bagi suatu hadist yang dikategorikan sebagai hadist hasan, yaitu:

a. Para perawinya yang adil,

b. Ke-Dhabith-an perawinya dibawah perawi Hadist shahih,

c. Sanad-sanadnya bersambung,

d. Tidak terdapat kejanggalan atau syadz,

e. Tidak mengandung 'illat.

 

Itulah arti Dhaif, Hadits Dhaif, Berikut Contohnya, Perbedaan Mendasar dengan Hadits Shahih dan Hassan. (lis/berbagai sumber)

Baca juga: Arti Allahumma Afini Fi Badani, Doa yang Diucapkan Rasulullah Mohon Kesehatan Badan Menurut Hadits

Baca juga: Arti Allahumma Ainni Ala Dzikrika Wa Syukrika Wa Husni Ibadatik, Doa Syukur dan Bagus dalam Ibadah

Baca juga: Arti Tauhid Asma Wa Sifat atau Tauhidul Asma wash-shifat Adalah, Cara Meyakini Allah Yang Maha Esa

Baca juga: Arti Tauhid Uluhiyah dan Tauhid Rububiyah, 2 Aspek Meng-Esa-kan Allah, Perbedaannya dan Contoh

Berita Terkini