Dia menyatakan kebakaran Bukit Teletubbies Blok Padang Savana, kawasan Gunung Bromo, terjadi karena lemahnya pengawasan BBTNBTS. Bukan hanya bersumber dari kesalahan kliennya.
"Kesalahan mutlak tidak hanya pada klien kami. Kelemahan juga ada di petugas TNBTS. Petugas TNBTS lemah dalam pengawasan pengunjung," cetusnya.
Dia mengungkapkan, karena lemahnya pengawasan BBTNBTS, alhasil, ke enam kliennya bisa menggelar foto prewedding menggunakan flare di Bukit Teletubbies Blok Padang Savana.
Saat aktivitas foto prewedding berlangsung, tak ada petugas yang memberikan imbauan kliennya.
"Seharusnya, ada pengawalan dan imbauan terhadap pengunjung dari petugas TNBTS. Jangan membiarkan pengunjung begitu saja," paparnya.
Mustaji menyebut, kliennya telah memberikan informasi kepada petugas terkait aktivitas foto prewedding.
Di samping itu, kliennya memesan tiket masuk Gunung Bromo melalui daring.
Kliennya memasuki kawasan Gunung Bromo lewat pintu Kabupaten Malang.
"Harusnya ada pengawalan. Diperiksa barang bawaan pengunjung apa saja, berisiko tidak saat situasi kemarau. Petugas harus seperti itu. Jangan hanya menerima uang tiket lalu dilepas gitu aja. Klien kami tidak tahu jika harus urus Simaksi," ujarnya.
Ia menambahkan, tidak ada papan imbauan di kawasan Gunung Bromo, terutama Bukit Teletubbies, terkait hal-hal yang dapat merusak alam.
"Tidak ada papan imbauan saya sudah cek setelah kejadian kebakaran. Sekarang tampaknya sudah dilengkapi. Ini kelemahan petugas," urainya.
Mustaji menyebut kliennya tak bersikap cuek saat kebakaran terjadi.
"Tidak benar jika klien kami diam saja saat Padang Savana terbakar," katanya, Kamis (14/9/2023).
Dia melanjutkan, kliennya memadamkan api dengan menyiram air mineral kemasan dalam botol berukuran 1,5 liter.
Air mineral itu mereka bawa untuk persediaan air minum saat foto prewedding.