TRIBUNSUMSEL.COM -- Bayi Lanala Ayudisa Halim alias Nala yang viral dikabarkan kritis karena dugaan kelaiaian suster di Rumah Sakit Anak dan Bunda (RSAB) Harapan Kita kini dirawat secara intensif di ruang Pediatric Intensive Care Unit (PICU).
6 dokter turun tangan menangani bayi tersebut.
Baca juga: Update Bayi Kritis Perawat Lalai Beri Susu Formula, RSAB Harapan Kita Akhirnya Buka Suara
"Saat ini pasien L dalam perawatan intensif di ruang Pediatric Intensive Care Unit (PICU)," kata Humas RSAB, Nia Kurniati saat dihubungi Warta Kota, Kamis (17/8/2023).
6 dokter yang turun tangan itu di antaranya, dokter spesialis bedah anak, dokter bedah saraf, dokter anak subspesialis gastrohepatologi, dokter anak subspesialis nutrisi dan penyakit metabolik, dokter anak subspesialis Neurologi, dan dokter anak subspesialis infeksi.
"Kami dari RS mengupayakan pelayanan kesehatan yang optimal," ungkap dia.
"Untuk perkembangan selanjutnya, akan kami sampaikan kembali, dan mohon doanya untuk kelancaran perawatan dan kesembuhan pasien," pungkas dia.
Diberitakan Warta Kota sebelumnya, Chintia Suciati (29) merupakan ibu dari balita berusia dua bulan, bernama Lanala Ayudisa Halim yang kritis karena diduga perawat salah memberi susu formula saat putrinya berada di ruang perawatan.
Tekait hal tersebut, dirinya mengaku bersyukur lantaran kasusnya itu dibantu oleh pengacara kondang Hotman Paris Hutapea.
Adapun bantuan itu, dirinya dapat setelah memviralkan perlakuan perawat di Rumah Sakit Anak dan Bunda (RSAB) Harapan Kita, lewat akun instagram @sucichintia88.
"Kalau misalkan dari mereka (Hotman Paris) sih memberi tahu saya apa nih ke depannya. Mungkin akan mencocokan seperti itu. Tapi saya juga kurang tahu seperti apa," ujar Chintia saat ditemui di rumahnya, Palmerah, Jakarta Barat, Rabu (16/8/2023).
Dia berujar, dia dan tim Hotman bakal bertolak ke RSAB Harapan Kita untuk menyelesaikan masalah ini.
Chintia pun mendesak kepada pihak rumah sakit, untuk bertanggung jawab terhadap tindakan perawatnya yang telah membuat Nala mengalami kritis, hingga kini berada di Neonatal Intensive Care Unit (NICU).
Baca juga: Ini Kata Kemenkes Soal Curhatan Ibu yang Bayinya Kritis di RSAB Harapan Kita Diduga Kelalaian Suster
"Harapan saya dari rumah sakit tanggung jawab untuk Nala. Pertama saya juga harus tahu apa sanksinya yang diberikan untuk suster itu dan dari pihak RS juga apa bentuk pertanggungjawabannya," kata dia.
Chintia juga berharap, pihak rumah sakit bisa memprioritaskan Nala dalam pengobatannya, sebagai bentuk tanggung jawab.
"Terakhir saya dapat info kan Nala ini sudah naik berat badannya, sudah membaik sekarang dibuat seperti ini lagi dan itu lama, dan itu akan mengganggu saya juga bekerja, mau enggak mau saya juga resign," kata Chintia.
"Dan mereka juga harus juga memberikan fasilitas, mau nanti BPJS-nya gratis, Nala pun (harus) diprioritaskan. Kayak dia enggak pakai ngantre lah, itu bentuk pertanggungjawaban dari mereka," imbuhnya.
Kata Kemenkes
Kisah Lanala Ayudisa Halim, bayi yang kritis diduga kelalaian oknum suster di Rumah Sakit Anak Bunda (RSAB) Harapan Kita viral di media sosial setelah sang ibu, Chintia curahkan isi hati di media sosial.
Lanala disebut baru menginjak usia 1 bulan 27 hari dan didiagnosa kelainan fungsi hati.
Sang ibu bercerita bagaimana anaknya yang sudah dalam kondisi sakit menjadi kritis setelah diduga suster memberikan susu yang salah ke anaknya.
Baca juga: Perjuangan Chintia Lahirkan Bayi yang Kini Kritis Diduga Kelalaian Suster, Nala Dilahirkan Prematur
Curhatnya itu disorot Anggota DPR RI Ahmad Sahroni hingga Kementerian Kesehatan (Kemenkes) buka suara.
Kemenkes menindaklanjuti laporan dugaan malapraktik perawat di rumah sakit tersebut.
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi mengatakan pihaknya tengah berkomunikasi dengan unit yang bersangkutan.
“Masih kami koordinasikan dengan unitnya,” ujar Nadia saat dihubungi Kompas.com, Selasa (15/8/2023).
Kasus dugaan malapraktik perawat RSAB Harapan Kita ini menjadi sorotan setelah pimpinan Komisi III DPR RI dari Fraksi Nasdem, Ahmad Sahroni mengunggah aduan orangtua Lanala di media sosial Instagram.
Menurut Sahroni, peristiwa dugaan malapraktik itu sangat memilukan.
Ia meminta pihak Kemenkes menindaklanjuti persoalan ini.
“Ini Pak Menteri wajib periksa para perawatnya. Berbahaya kalau masih ada yang beginian di RS besar,” ujar Sahroni.
“Tolong Pak Menkes @budigsadikinm,” tambahnya.
Kronologi
Dalam kronologi peristiwa yang dibagikan Sahroni, Lanala dibawa orangtuanya ke IGD RSAB Harapan Kita pada 12 Juli. Bayi itu mengeluarkan feses cair dan lemas.
Lanala didiagnosa diare dan dehidrasi. Lanala kemudian dirawat intensif di neonatal intensive care unit (NICU) atau unit khsusus perawatan bayi yang baru lahir selama tiga minggu atau sampai 3 Agustus.
Meskipun kondisi feses masih cair dan berat naik turun, tidak ada konsultasi yang diberikan dari dokter gastro maupun bedah anak, dan lainnya.
Sementara kondisi Lanala belum membaik, pihak rumah sakit berencana memulangkan bayi itu.
Orang tua Lanala memutuskan untuk menghubungi dokter bedah anak di RS Pelni Fransisca Benjamin untuk meminta arahan terkait kondisi anaknya yang fesesnya cair.
Dokter tersebut kemudian menghubungi dokter bedah di RSAB Harapan Kita untuk memeriksa kondisi pasien.
Lanala pun dipindahkan di ruang rawat inap Ruang Widuri pada 3 Agustus.
Selama perawatan di sana, kondisi Lanala cukup membaik karena dibantu banyak dokter.
Dokter gizi RSAB Harapan Kita kemudian menemukan susu yang cocok untuk Lanala.
Berat badan bayi itu pun naik.
Namun, tanpa sepengetahuan orangtua, pada 7 Agustus 2023, susu yang seharusnya bermerk Pepti Junior diganti susu neocate.
“Alhasil berat badan pasien turun kembali dari 2,165 menjadi 2,46,” ujar orangtua Lanala.
Tidak hanya itu, leher Lanala juga terlihat menguning.
Hal ini lalu dilaporkan ke perawat.
Perawat menyatakan akan memeriksa darah.
Baca juga: Nasib Pilu Chintia Bayi 1 Bulan 27 Harinya Kritis Gegara Kelalaian Perawat, Pihak RS Cuma Minta Maaf
Namun, kondisi Lanala semakin kuning dan lemas pada Selasa 8 Agustus.
Perawat menyatakan pemeriksaan darah baru akan dilakukan pada Rabu 9 Agustus.
Setelah darah diperiksa pada 05.30 WIB, pihak keluarga menunggu hasilnya.
Namun, pada pukul 15.00 WIB, kantong colostomy (tempat menampung kotoran dari perut) terdapat darah.
Pihak keluarga mengabarkan terdapat darah pada kantong colostomy Lanala namun ditepis perawat. Pada pukul 18.00 WIB, darah kembali terlihat dan keluarga kembali melapor.
“Suster lag-lagi menyangkal, bahwa itu bukan darah,” kata dia.
Pada pukul 19.00 WIB, Lanala tampak sesak napas.
Ketika dilaporkan ke perawat, mereka hanya memperbaiki posisi kepala.
“Hingga ketima seperti kejang, mata ke atas, mereka pun hanya diam dan keluar kamar kembali tidak ada pengecekan apapun,” ujar orang tua Lanala.
“Sampai panggilan keempat di jam 21.37, pasien makin terlihat sesak dan terlihat kejang baru lah suster tersebut panggil dokter,” lanjutnya.
Ketika kondisi Lanala ditindaklanjuti, saturasinya sudah ada di angka 72 dan jantung drop di angka 60-88.
Beberapa waktu kemudian, dokter IGD membenarkan bahwa cairan di colostomy Lanala merupakan darah.
“Sikap lalai suster Widuri di RSAB Harapan Kita sangat disayangkan, membuat anak berumur 1 bulan 27 hari harus menambah apa yang sebelumnya sudah diderita yaitu pendarahan di kepalanya dan akan dilakukan operasi,” kata dia.
Perjuangan Chintia Lahirkan Nala
Perjuangan Chintia melahirkan bayi yang kini kritis di Rumah Sakit Anak dan Bunda ( RSAB) Harapan Kita, Jakarta Barat.
Seperti diketahui, tengah viral di media sosial curhatan seorang ibu bayi yang menceritakan bahwa sang anak mengalami pendarahan diduga kelalaian yang dilakukan oleh tiga perawat di RSAB.
Diketahui, bayi Chintia yang bernama Lanala Ayudisa Halim atau sapaan Nala merupakan anak kedua yang lahir pada tanggal 13 Juni 2023.
Melalui Instagram miliknya, ibu bayi menceritakan bahwa anak keduanya lahir secara prematur di usia 36 minggu.
Nala sejak lahir dilakukan ileostomy (pemasangan anus buatan di perut kiri) dan kelainan hati.
Saat itu, perut bayi mengeras dan harus dilakukan tindakan operasi untuk mengatasi penyumbatan tersebut.
Tepat pada tanggal 15 Juni 2023 pukul 12.30 WIB bayi Chintia di operasi. Namun setelah di operasi kondisi Nala justru drop hingga kritis, bahkan hampir tidak bernyawa saat itu.
Seiring berjalannya waktu, Nala akhirnya bisa melawati masa kritis namun Nala harus menggunakan alat ventilator selama 10 sampai 12 hari.
Tak lama kemudian, Nala ternyata terdeteksi hati dan diarahkan untuk mendapatkan ruukan ke POli gastro di RSAB Harapan Kita.
Dilarikan ke RSAB
Sempat pulang ke rumah, Nala kembali dilarikan ke RSAB di tanggal 12 Juli 2023.
Setelah 1 bulan perawatan dari RS Pelni, pasien di rujuk ke RSAB di Jakarta Barat pada tanggal 12 juli 2023 dengan rujukan ke poli gastro.
Di tanggal 12 Juli Chintia mengatakan jika dirinya membawa sang anak ke RSAB ke bagian IGD dengan kondisi fasses sang anak cair dan lemas, dengan diagnosa diare serta dehidrasi.
Tangis Chintia ibu bayi yang kritis di RSAB diduga kelalaian perawat hingga kondisi memprihatinkan. (Ig@sucichintia88)
Kemudian sang anak dirawat di NICU sampai dengan 3 Agustus 2023, terhitung sang anak dirawat hampir 3 minggu dengan kondisi fases masih cair bahkan berat badan sang anak naik turun namun tidak ada konsultasi dengan dokter gastro, ataupun dari bedah atau yang lainnya.
Bahkan menurut penuturan Chintia, dengan kondisi sang anak yang seperti itu suster di NICU merencanakan agar sang anak atau pasien untuk pulang.
Kendati demikian, melihat kondisi sang anak seperti itu, Chintia berinisiatif untuk menghubungi dr Franciska Bunjamin dr bedah anak di RS Pelni untuk membantu kondisi pasien yang fasesnya cair, hingga akhirnya dr Franciska membantu untuk menghubungi dr bedah di RSAB untuk melihat kondisi pasien.
Setelah itu, sang anak dipindahkan ke ruang rawat inap Ruang Widuri di tanggal 3 Agustus 2023.
Chintia mengatakan selama perawatan di ruang Widuri dengan dr penanggung jawab adalah dr bedah anak, di saat itu Chintia merasa lega karena sudah banyak dokter yang membantu untuk menangani sang anak.
Ketika itu, ada dr Gizi yang menemukan susu yang cocok untuk sang anak, sehingga membuat berat badan (bb) sang anak naik.
Lantas Chintia mengatakan di tanggal 7 Agustus 2023, susu pepti junior yang seharusnya diberikan sang anak justru diganti dengan susu neocate tanpa sepengetahuan Chintia.
Mengetahui sang anak mendapat susu tersebut, membuat berat badan sang anak yang semulanya 2.165 menjadi 2.045.
Selanjutnya pada Senin, 7 Agustus 2023 leher dari sang anak berwarna kuning, sehingga Chintia melaporkan kejadian ini kepada perawat di ruangan tersebut.
Setelah Chintia melaporkan kejadian yang dialami sang anak, perawat hanya mengatakan jika nantinya pihaknya akan mengecek darah.
Hingga Selasa perawat tak kunjung melakukan pengecekan pada sang anak, hal ini membuat Chintia menanyakan perihal pengecekan darah sang anak.
Akhirnya pada Rabu, 9 Agustus 2023 pukul 05 : 30 WIB, perawat melakukan pengecekan darah pada sang anak, kemudian Chintia sebagai orang tua menanyakan hasil dari pengecekan darah sang anak.
Pukul 15:00 Chintia melihat ada darah di kantong colostomy sang anak.
Hal itu membuat Chintia bertanya kepada suster, namun suster menyangkal jika itu bukanlah darah.
Kemudian pada pukul 19:00 malam, Chintia mengatakan jika kondisi sang anak susah bernafas, kemudian Chintia langsung melaporkan apa yang dialami sang anak pada suster, Chintia mengatakan ketika dirinya melaporkan kondisi sang anak suster tersebut hanya melihat sang anak kemudian keluar.
Tak berhenti di situ, anak Chintia kembali lagi mengalami sesak nafas namun saat melaporkan kejadin ini suster hanya memperbaiki posisi kepala sang anak.
Ketiga kalinya, anak Chintia mengalami kejang beserta posisi mata ke atas, namun sayangnya para suster di rumah sakit itu hanya terdiam dan tidak sama sekali melakukan pengecekan apapun.
Panggilan ke empat kalinya pada pukul 21:37 WIB anak Chintia terlihat sesak napas dan mengalami kejang, dan mengetahui kondisi sang anak yang semakin tidak membaik, akhirnya suster tersebut memangil dokter.
Saat dokter IGD mengecek sang anak, dokter menanyakan pada Chintia sejak kapan sang anak mengalami kondisi seperti ini, Chintia pun menjawab sejak pukul 19:00, dokter tersebut juga menanyakan apakah Chintia telah menginformasikan kondisi sang anak pada suster, tentu saja jawaban Chintia sudah.
Dari pertanyaan dokter ini membuat Chintia menyimpulkan jika selama dirinya memberitahu kondisi sang anak pada suster, suster tersebut tidak memberitahu dokter.
Karena kondisi sang anak cukup mengkhawatirkan, anak Chintia akhirnya dilarikan ke ICU.
Satu jam menunggu di ruang ICU, dokter tersebut bertanya sejak kapan colostomynya mengeluarkan darah, dan benar saja apa yang ditanyakan Chintia pada suster sebelumnya ternyata darah.
Chintia mengaku akibat kelalaian dari suster membuat sang anak yang kini berumur 1 bulan 27 hari harus menambah apa yang sebelumnya sudah diderita yaitu pendarahan di kepalanya dan akan dilakukan.
Baca berita lainnya di Google News