Hal ini ditegaskan di dalam firman-Nya, “Qad aflah al-mu’minun” (Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman).
Oleh karena itu pada ayat-ayat berikutnya (2-9) dikemukakan tujuh sifat orang-orang Mukmin.
Ketujuh sifat tersebut mencerminkan pula usaha-usaha mereka yang pada akhirnya dapat dinilai sebagai upaya pensucian diri.
Usaha-usaha dimaksud adalah:
(1) khusyuk di dalam shalat
(2) menjauhkan diri dari perbuatan dan perkataan yang tiada berguna (sia-sia);
(3) menunaikan zakat;
(4) menjaga kemaluannya yakni tidak menggunakan alat kelaminnya kecuali secara sah,
(5) memelihara amanah;
(6) memelihara atau menepati janji; dan
(7) memelihara waktu-waktu shalat. Mereka itulah yang meraih aflaha, yakni keberuntungan atau kebahagiaan yang akan mewarisi surga Firdaus.
Tafsir Al A’la 14
Kata aflaha yang terdapat di dalam (QS. Al-A’la: 14),
Surat Al-A’la Ayat 14
قَدْ أَفْلَحَ مَن تَزَكَّىٰ
Arab-Latin: Qad aflaḥa man tazakkā
Artinya: Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman)
Menunjukkan makna ‘keberuntungan yang akan diperoleh bagi orang yang membersihkan atau menyucikan diri’, yakni terkait dengan perintah untuk bertasbih dan menyucikan nama Tuhan Yang Mahatinggi.
Firman-Nya, “Qad aflaha mantazakka” (Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri [dengan beriman]).
Menurut Muhammad Abduh bahwa yang dimaksud dengan “tazakka” adalah membersihkan diri dari hal-hal yang hina, yang berpangkal pada keingkaran dan kekerasan hati.
Pakar tafsir Al-Qur’an ini menjelaskan bahwa penegasan Al-Qur’an yang berbicara tentang orang yang memperoleh keberuntungan, ditemukan bahwa sifat (usaha) yang harus dilakukan adalah usaha yang tidak ringan.