Dampak dari gas air mata ini ialah, enyakit pernapasan, luka dan penyakit mata parah (keratitis, glaukoma, dan katarak), radang kulit, kerusakan pada sistem peredaran darah dan pencernaan, bahkan kematian, khususnya pada kasus dengan paparan tinggi.
Gas air mata bekerja dengan membuat iritasi membran mukus pada mata, hidung, mulut, dan paru-paru. Ia menyebabkan tangis, bersin, batuk, kesulitan bernapas, nyeri di mata, dan buta sementara.
Untuk menghilangkan efek harus meninggalkan tempat lokasi 30 menit.
Para pengidap penyakit pernafasan asma beresiko tinggi dan butuh pertolongan medis dan dukungan ventilasi.
paparan tinggi atau frekuensi tinggi meningkatkan resiko penyakit pernafasan.
Penanganan
Diketahui belum ada penawar khusu untuk gas air mata sehingga harus pergi ke tempat udara segar untuk pertolongan pertama.
lalu melepas pakaian terpapar dan menghindari pemakaian handuk bersama.
Baca juga: Kerusuhan Arema FC vs Persebaya : PT LIB Menolak Saat Polres Malang Minta Jadwal Laga Dimajukan
Baca juga: Rincian Korban Tewas dan Luka Kerusuhan Arema Vs Persebaya, Korban Meninggal jadi 174 Orang
Alasan polisi gunakan gas air mata
Alasan polisi berikan tembakan gas air mata terhadap oknum suporter saat kerusuhan Arema Vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang diungkap Kapolda Jawa Timur, Irjen Nico Afinta.
Tembakan gas air mata tersebut adalah upaya menghalau serangan oknum suporter yang merangsek turun ke lapangan Stadion diungkapkan oleh Nico.
Penyebab kerusuhan tersebut juga diduga kekecewaan suporter Arema karena kalah dari Persebaya 2-3.
“Para penonton turun ke tengah lapangan, dan berusaha mencari para pemain dan official untuk menanyakan kenapa sampai kalah atau melampiaskan," buka Nico Afinta, dikutip dari Surya.
“Oleh karena itu, pengamanan dan pencegahan dan melakukan pengalihan supaya mereka tidak masuk ke dalam lapangan atau mengejar para pemain” sambungnya.
Situasi dan banyaknya suporter yang terus merangsek turun ke lapangan membuat pihak kepolisan memutuskan untuk menembakkan gas air mata.