Berita Musi Rawas

Cerita Syam Ayam, Dari Buruh Upah Rp 5100 per Hari, Jadi Bos Ayam Beromzet Miliaran

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Syam ayam alias Syamsul Bahrun, pengusaha ayam beromzet miliaran di Lubuklinggau

Kemudian juga membangun mitra phokphand peternakan semi modern kapasitas 300 ribu ekor ayam di Bukit Beton (dekat perbatasan Musi Rawas - Muratara), Jukung (Lubuklinggau) dan Rantau Bingin (Musi Rawas).

Selama menggeluti bisnis ayam ini apakah bisnis anda mulus-mulus saja?

Namanya usaha, pasti ada pasang surutnya. Tepatnya tahun 2015, itu tahun susah bagi saya. Usaha ayam saya agak goyang, antara lain karena persaingan bisnis dari kesalahan saya dalam mengambil keputusan dan kebijakan.

Namun alhamdulillah, saya bisa lepas dari kendala yang dialami waktu itu dan tetap bisa survive dan bangkit lagi sampai sekarang.

Belajar dari pengalaman waktu itu membuat saya lebih hati-hati dalam melangkah. Karena tahun 2015 itu sangat berkesan bagi perjalanan pasang surut bisnis saya, maka didepan rumah saya, saya bangun tugu berbentuk lingkaran naik dan turun sebagai simbol bahwa dalam hidup ini ada kalanya naik dan ada kalanya turun, itu tugu filosofi kehidupan.

Dan setelah lingkaran naik turun itu, tugunya mengarah naik keatas, itu merupakan simbol harapan.

Ditengah perputaran bisnis beromzet miliaran rupiah yang membuat anda cukup diperhitungkan diwilayah Lubuklinggau, Musi Rawas dan sekitarnya ini, bagaimana anda memaknai hidup?

Bagi saya memaknai hidup itu yang paling penting dalam menjalani sebuah usaha adalah kejujuran, itu merupakan tolak ukurnya.

Pengembangannya adalah komitmen, kerja keras dan yang paling penting adalah doa kedua orang tua dan keluarga.

Tanpa mereka, kita tidak ada apa-apanya. Kemudian, hidup itu harus banyak melihat keatas dan kebawah.

Kita melihat keatas supaya termotivasi atas keberhasilan banyak orang. Kemudian kenapa harus melihat kebawah, supaya kita jangan sampai lupa daratan.

Keberhasilan kita juga atas peran banyak orang, dan banyak orang juga butuh uluran tangan kita.

Sebagian dari apa yang kita miliki merupakan hak orang lain, maka wajib kita keluarkan zakatnya.

Mohon maaf, ini bukan untuk pamer ya. Menurut saya, salah satu resep kesuksesan itu rajin zakat, sesuai hitungan nisabnya.

Yang terbaik deposito zakat, belum sampai nisab, kita keluarkan, belum setahun sudah kita keluarkan.

Maka tiap hari Jumat saya keluarkan zakat dan ada sasaran yang jadi prioritas, langsung ke penerima.

Berbagi itu suatu kepuasan batin, ketenangan, kalau sudah dikeluarkan plong hidup itu.

Sejak kapan anda rajin berzakat?

Awalnya begini, pada tahun 2013, kita punya banyak uang, tapi sering juga dapat musibah yang tak disangka.

Maka kemudian saya konsultasi dengan Kyai.

Disitu saya dapat pencerahan, jangan kita kufur nikmat, diberi rezeki berlimpah tapi tak menunaikan kewajiban. Janji Allah, kalau kita bersyukur atas nikmatnya, maka nikmat akan bertambah.

Ini bukan kita mengharapkan, bukan kita minta berlipat-lipat, tapi biarlah Allah yang menentukan. Tugas kita hanyalah menunaikan kewajiban dan mengulurkan tangan untuk orang-orang disekeliling kita. (SP/ahmad farozi)

Berita Terkini