"Saat datang, hitungan waktunya bukan menit. Tapi beberapa jam. Kalau bagi saya, nyaman lah. Saya enggak pernah segemuk ini sebelumnya. Keluarga kan tak ada keluar biaya. Layak. Kalo dibilang perbudakan, enggak betul lah," katanya
Dikatakannya, dari target berada di kerangkeng itu selama setahun, dia baru menjalani selama empat bulan dan sejak ada peristiwa OTT KPK, pada Senin (24/1/2022) ada keluarga yang datang menjemputnya karena merasa kurang kondusif.
"Kalau saya sih maunya di situ dulu. Soalnya saya merasa belum cukup," katanya.
Hal senada diungkapkan Freddy Jonathan, warga Medan yang sudah tinggal bersama keluarganya di Stabat.
Dia mengaku tinggal di kerangkeng I selama lima bulan dan sudah bebas terhitung sejak Senin (24/1/2022).
Lima bulan, kata dia, sudah sesuai dengan target sejak awal masuk di kerangkeng.
Menurutnya, berada di kerangkeng itu membuatnya jauh lebih baik.
Dia mengaku sudah lebih dari tiga tahun mengkonsumsi narkoba.
Dia berada di kerangkeng setelah ada perundingan keluarga sehingga diputuskan agar membawanya ke kerangkeng.
Sebelumnya, makan, istirahat, olahraga dan ibadah tidak pernah teratur.
Hal yang sebaliknya terjadi selama berada di kerangkeng.
"Kalau di luar kacau. Makan tak teratur. Kurus. Di situ, bangun jam 4.30 WIB. Habis shalat subuh, olah raga. Lalu bersih-bersih. Nyuci lalu jemur pakaian di luar, nyapu, bersih-bersih kolam," katanya.
Taat aturan
Dua di dalam kereng bersama 12 orang lainnya.
Selama lima bulan di kerangkeng mengaku tak pernah melihat ada perkelahian atau pemukulan.