Pria yang juga aktif di Pusat Pengkajian Masyarakat dan Pendidikan Islam Nusantara (PPIM PIN) itu lantas menjelaskan soal gerakan online dan offline yang dilakukan dalam reuni 212 ini.
“Saya melihat mereka melakukan dua gerakan bersamaan, online dan offline. Menggaungkan dulu di medsos, lalu ketika hari H tetap reuni, meski dalam pelaksanaannya sedikit rumit, khususnya terkait perizinan, tempat dan semacamnya. Tapi gerakan itu saya rasa tidak berhasil. Selain karena kehilangan momentum, masyarakat juga sudah jemu dengan pembelahan,” papar pria yang juga dosen tersebut.
Penulis Buku Islam Radikal di Media Siber itu mengingatkan, alasan keapa tidak berhasil menggaet simpati publik karena akhirnya beberapa tokoh politk yang mereka dukung diakomodir oleh pemenang di kasus Pilpres 2019.
“Mungkin masyarakat sudah berpikir, untuk apa kita ribut2 kalau toh elitnya berangkulan dan duduk semeja. Untuk apa membawa isu agama dalam politik kalau toh nyatanya ‘tokoh Islam’ juga sudah menduduki posisi penting. Jadi ya itu, sudah tidak relevan lagi isu agama dan politik, apalagi di media sosial,” ujarnya memaparkan.
Namun, kata Zaky, hal berbeda ketika nanti ada momentum politik tiba. “Kecuali nanti kita ketemu momen X lagi, momen seperti Ahok dulu,” kata dia menutup penjelasannya.
Baca berita lainnya di Google News
dan KompasTV