Masyarakat Hindari Kawasan Monas
Direktur Lalu Lintas (Dirlantas) Polda Metro Jaya Kombes Pol Sambodo Purnomo Yogo mengimbau kepada masyarakat luas untuk sedianya menghindari ruas jalan di kawasan Monas, serta Sudirman-Thamrin.
Hal itu diungkapkan untuk mengantisipasi adanya penumpukan kendaraan mengingat akan banyak massa aksi yang turun ke area Patung Kuda, Jakarta Pusat.
"Kami PMJ mengimbau kepada seluruh masyarakat untuk menghindari kawasan Monas, kawasan Sudirman-Thamrin untuk mencegah supaya tidak terjadi kemacetan," kata Sambodo kepada wartawan, Kamis (2/12/2021).
Sebagai langkah untuk meminimalisir pergerakan orang dan juga massa aksi, pihaknya kata Sambodo telah menutup beberapa ruas jalan yang menuju Monas.
Adapun penutupan itu dilakukan mulai pukul 24.00 WIB Kamis dini hari hingga Kamis pukul 21.00 WIB.
"Penutupan dilaksanakan baik dengan menggunakan barrier maupun dengan menggunakan kawat barrier. Untuk mengantisipasi adanya sekelompok masyarakat yang masih tetap nekat untuk melaksanakan reuni 212," tuturnya.
Adapun beberapa ruas jalan yang ditutup kata Sambodo, setidaknya ada sebelas ruas jalan yang berada di sekitaran titik massa aksi di Jakarta Pusat.
"Ada sebelas titik itu, antara lain pertama di Kebon Sirih, Budi Kemuliaan, Harmoni, Museum, Veteran 3, Veteran 2, samping Kedubes AS, depan Pertamina. Semua titik yang menuju kawasan Patung kuda dan monas kita lakukan penutupan," tuturnya.
Atas hal itu, pihaknya meminta masyarakat yang hendak beraktivitas untuk sedianya mencari jalan alternatif lain guna menghindari kemacetan.
Trending di Twitter
Sejak tadi malam, Rabu (1/11) tagar yang berafiliasi dengan reuni 212 memuncaki beberapa linimasa.
Di platform twitter misalnya, tagar #AksiSuperDamai212 #PatungKuda hingga #AllahuAkbar212 dalam amatan KOMPAS TV bergantian menapaki populer di Indonesia.
Akademisi dan Peneliti Media UIN Raden Mas Surakarta, Zakky Zulhazmi, menilai tagar tersebut adalah upaya gerakan tersebut untuk merawat eksistensi, termasuk urusan politik di media sosial agar dapat perhatian publik.
“Jika hanya sekadar trending di media sosial, hari ini mudah saja menjadikan suatu tagar trending. Tapi gerakan 212 perlu reuni offline untuk unjuk kekuatan dan eksistensi. Bahwa mereka masih ada. Soal trending, di media sosial siapapun bisa memoles diri sebaik mungkin , hanya saja fakta di lapangan bisa lain,” papar Zakky kepada KOMPAS TV, Kamis pagi (2/11).