Setelah menaklukkan 'penguasa' Kali Sunter, Mbah Datuk Banjir mencetuskan nama Lubang Buaya.
Dalam menyebarkan agama Islam, Mbah Datuk Banjir disambut baik warga setempat yang kala itu bertani padi sebagai profesi utamanya.
Warga Lubang Buaya diajarkan ilmu bela diri untuk melawan penjajah Belanda yang datang menaklukkan Jakarta.
"Mbah Datuk Banjir secara enggak langsung melindungi Kampung Lubang Buaya ini dengan bentuk kesakitan dan karmahnya. Sehingga kampung ini terlihat seperti laut, tidak bisa diinjak penjajah Belanda, enggak bisa masuk," lanjut Yanto.
Dikisahkan, Mbah Datuk Banjir memiliki sejumlah senjata pusaka yang digunakan untuk berperang.
Dua di antaranya Golok Si Bule dan Keris Bengkok. Kedua benda pusaka ini kini tersimpan di area pemakaman Mbah Datuk Banjir Pangeran Syarif Hidayatullah.
"Meninggalnya bukan saat berperang, kalau bahasa spiritualnya memang sudah harus pindah," sambung Yanto.