Sementara jika seorang umat muslim pada masa sekarang yang memang tidak bisa melihat atau belum bisa melihat Rasulullah secara langsung dan hanya ingin memberikan shalawat di Isra mi’raj karena rasa cintanya pada Rasulullah tentu diperolehkan karena merupakan sebuah doa untuk kebaikan Rasulullah dan beliau juga menyukai umatnya yang bershalawat kepadanya.
2. Islam Dibangun dengan Syariat dan Dalil
Islam adalah agama paling benar yang dibangun berdasarka syariat dan dalil yann menjadi pusat ajaranya. Memang tidak ada dalil yang mengkhususkan tentang perayaan Isra mi’raj telah dilakukan sejak kapan dan juga tidak ada yang dalil yang melarang.
Semua yang dilakukan umat musim di seluruh dunia yang meyangkut tentang Isra mi’raj tentu tidak ada keinginan untuk memuat aturan baru atau mengada adakan sesuatu namun hanyalah sebagai upaya untuk mengingat sebuah perstiwa pentig sebab itu boleh dilakukan.
“Sesungguhnya sebenar-benar perkataan adalah Kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sejelek-jelek perkara adalah (perkara agama) yang diada-adakan, setiap (perkara agama) yang diada-adakan itu adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah kesesatan dan setiap kesesatan tempatnya di neraka.” (HR Muslim).
Jelas dari hadis tersebtu bahwa suatu urusan yang sudah asalnya ialah tidak berdosa jika dilakuan seperti adanya perayaan Isra mi’raj yang peristiwa tersebut memang terjadi.
3. Peristiwa Berkaitan dengan Kekuasaan Allah
“Maha suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram kemasjidil Aqsa yang telah kami berkahi sekelilingnya agar kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Pendengar lagi Maha Melihat” (QS. Al Isra’:1).
Jelas dari surat tersebut bahwa Ira mi’raj ialah suatu peristiwa yang benar benar besar yang amat melibatkan kekuasaan Allah di dalamnya.
Peristiwa Isra mi’raj menjadi pertanda bahwa Nabi Muhammad benar benar seorang rasulNya.
Sebab itu tidak ada salahnya meryakana sesuuatu yang memang nyata dan telah dikaui serta dipastikan kebenarannya dari Al Qur’an, tentu dengan niat untuk mengingat peristiwa besar dan mendoakan kebaikan untuk Naabi Muhammad beserta seluruh umat islam di dunia, bukan untuk bermeah mewahan atau melakukan sesuatu yang berlebihan.
4. Berniat untuk Kebaikan
Ibnu Atsir dalam kitabnya “Annihayah fi Gharibil Hadist wal-Atsar” pada bab Bid’ah dan pada pembahasan hadist Umar Radhiyallahu ‘anhu tentang Qiyamullail (sholat malam) Ramadhan “Sebaik-baik bid’ah adalah ini”, mengatakan bahwa, bid’ah terbagi menjadi dua, bid’ah baik dan bid’ah sesat.
Bid’ah yang bertentangan dengan perintah qur’an dan hadist disebut bid’ah sesat, sedangkan bid’ah yang sesuai dengan ketentuan umum ajaran agama dan mewujudkan tujuan dari syariah itu sendiri disebut bid’ah hasanah”
Izzuddin bin Abdussalam bahkan membuat kategori bid’ah sebagai berikut, bertujuan baik untuk melestarikan dan meletakkan dasar dasar ilmu agama yang belum ada di jaman Rasuluullah seperti penulisan Al Qur’an, urusan yang bertujuan untuk kebaikan seperti mendirikan madrasah untuk biat mengajarkan agama, melakukan kajian kajian keagaman untuk menambah wawasan, serta membaca Al Qur’an di masjid.