TRIBUNSUMSEL.COM - Dalang Ki Seno Nugroho kini tiada.
Ia dikebumikan di Makam Semaki Gedhe, Yogyakarta, berdampingan dengan makam ayahandanya, Ki Suparman.
Ada yang menarik dari ratusan penziarah yang datang ke pusara terakhir Ki Seno Nugroho, di Makam Semaki Gede, Umbulharjo, Kota Yogyakarta, pada Rabu (04/11/2020).
Muncul seorang dengan aksesori unik berupa topeng berwarna hitam yang menghiasi wajahnya.
Baca juga: Sederet Fakta Dalang Ki Seno Nugroho Meninggal Dunia, Diiringi Gamelan, 2 Wayang Ikut Dimakamkan
Selidik punya selidik, namanya adalah Ngadiran (48), penggemar Ki Seno Nugroho sejak 15 tahun yang lalu.
Alhasil, dirinya terlihat begitu mencolok di tengah lautan manusia.
Baca juga: Heboh Granat Ditemukan di Kalidoni Palembang, Warga Syok Ada Benda Mengerikan di Tumpukan Pasir
Baca juga: Kerap Diberi Roti dan Obat Tidur, Siswi SMA : Saya Dipaksa oleh Ibu Tiri untuk Melayani Ayah
Baca juga: Heboh Ikan Lele Sepanjang 1 Meter Masuk Jaring Warga, Saking Beratnya Muzayanah Hampir Jatuh
Baca juga: Panasnya Pilpres AS, Eric Trump Putra Donald Trump Ditangkap setelah Sebar Video Ini di Twitter
Dirinya terbilang spesial untuk ukuran penggemar.
Lantaran, dirinya sudah pernah diajak ikut manggung bersama dengan Ki Seno Nugroho di beberapa pagelaran wayang.
"Setiap Ki Seno ada manggung, pasti saya datang. Beliau pun sudah kenal saya. Setiap kali ada kesempatan beliau pasti mengajak saya ikut tampil bersama dengannya. Sampai beliau membuatkan dentingan gamelan khusus untuk saya agar bisa menari di atas panggung ," kenangnya kepada Tribunjogja.com, pada Rabu (04/11/2020).
Panggung terakhirnya dengan Ki Seno pada Maret 2020 lalu, di Mlati, Sleman.
Di mana, lakon yang dibawakan bercerita tentang Bagong Mbangun Ndeso.
Ia mengatakan, sosok Ki Seno sangat ramah dan sederhana.
Dirinya tak pernah mendapati Ki Seno dengan berwajah marah atau masam..
Karena, setiap penampilannya pasti selalu menghadirkan candaan yang segar.
"Beliau itu, orangnya apa adanya, suka bercanda. Namun, selama saya mengenalnya hal paling sulit membuatnya tertawa."
"Suatu hari, saya berhasil membuatnya tertawa lepas, ketika saya pakai topeng ini. Inilah alasan kenapa saya tetap memakainya di hari pemakaman beliau," tuturnya sambil memperlihatkan topengnya itu.
Topeng yang dipakainya pun, memiliki arti disetiap ornamennya.
Untuk topeng hitam sebagai personifikasi dari pemakaian masker di tengah pandemi.
Sedangkan, botol dot sebagai intrepretasi pentingnya asupan gizi, dan dua plastik kerupuk yang menggatung di sisi kanan dan kiri sebagai persamaan dengan diri manusia, yaitu apabila tidak dijaga dengan baik dapat melempem dan lemah.
Tak hanya itu, untuk datang kepemakaman Ki Seno, dirinya mengkayuh sepeda selama setengah jam dari rumahnya yang berada di daerah Tegal Mojo, Sleman.
"Saya itu dapat kabar siang tadi sekitar pukul 12.00 WIB. Di situ saya terkejut sekali, tidak menyangka. Terus, teman saya ngabari kalau dikebumikan di sini. Tanpa pikir lagi, saya langsung datang," ujarnya.
Baginya, sosok Ki Seno bukan hanya seorang penghibur namun inspirasi dalam hidupnya.
Kecintaannya terhadap kesenian wayang agar tetap eksis di masyarakat menjadi bentuk jasa yang besar.
"Dia ( Ki Seno) sudah menjadi inspirasi saya untuk menjalani hidup. Tak pernah menyerah mengenalkan kebudayaan wayang hingga diminati lintas generasi. Tentu, ketekunannya ini bisa menjadi teladan bagi orang seperti saya," ungkapnya.
Meskipun, kini sosok Ki Seno sudah tidak ada lagi. Namun, pelajaran dari setiap lakon wayang dan pribadinya tetap terkenang di hati penggemarnya.
"Semoga sepeninggalan beliau, akan bertambah banyak lagi lahirnya ' Ki Seno' yang lain. Dan, mampu melestarikan kebudayaan dengan cara yang tepat," pungkasnya.
Jenazah Ki Seno Diberangkatkan ke Makam Diiringi Gending
Jenazah dalang Ki Seno Nugroho dikebumikan di Makam Semaki Gedhe, Yogyakarta, berdampingan dengan makam ayahandanya, Ki Suparman.
Prosesi pemberangkatan dari rumah duka di dusun Gayam, Desa Argosari, Sedayu, Bantul menuju tempat peristirahatan terakhir diiringi dengan alunan gending karya Joko Poro. Para peziarah tak kuasa menahan tangis.
Gending mengalun pelan bernada pilu. Dimainkan oleh kelompok karawitan Wargo Laras yang biasa mendampingi dalang Ki Seno saat pentas. Semua sinden berpakaian hitam.
Suasana duka begitu terasa. Manager Ki Seno Nugroho, Gunawan Widagdo, mengatakan iringan gending karya Ki Joko Poro merupakan permintaan langsung dari almarhum.
Permintaan itu, kata dia, diutarakan pada saat pementasan wayang kulit. Tahun berapa, Gunawan mengaku tidak ingat. Tapi yang pasti permintaan itu sempat diutarakan oleh sang Dalang.
"Saat uyon-uyon diutarakan di grup. Besok kalau saya sudah nggak ada. Nanti diiringi dengan iringan ini," kata Gunawan, menirukan wasiat almarhum Ki Seno Nugroho. Pihaknya mengaku masih ingat, iringan yang ingin dimainkan dalam bentuk Gending.
Salah satu sinden karawitan Wargo Laras, Tatin Lestari Handayani berulang kali menitikan air mata. Ia mengaku kaget dan tak mengira dengan kabar kepergian Dalang Ki Seno. Tatin mengaku ikut bersama Ki Seno Nugroho sudah lebih dari sebelas tahun. Tepatnya sejak tahun 2009. Menurut dia, kepergian Ki Seno begitu cepat, sebelumnya tidak ada firasat apapun.
"Ketemu terakhir tanggal satu November 20202. Tidak ada firasat sama sekali. Mendengar berita (beliau wafat) ini, saya langsung kaget," ujarnya. Ia sendiri mengaku masih ingat permintaan terakhir dari almarhum. Menurutnya, Ki Seno menginginkan saat sudah tidak ada, minta diiringan dengan alunan gending.
"Sesok kalau saya sudah tidak ada membunyikan ini (Gending)," ujar Tatin. Ia mengaku ingin memenuhi permintaan itu. Gending mengalun pelan saat peti jenazah almarhum Ki Seno diberangkatkan. Para peziarah menyeka air mata. Tepat didepan kelompok karawitan, peti almarhum sempat diberhentikan. Para sinden dan pemain karawitan sesenggukan.
Dalang beken, Ki Seno Nugroho meninggal dunia, pada Selasa (3/11) malam, diusianya yang ke 48 tahun. Bagi penggemar pertunjukan wayang, nama dalang Ki Seno Nugroho sudah tak asing lagi.
Dalang kelahiran Yogyakarta, 23 Agustus 1972 ini menjadi salah satu sosok dalang yang sukses membuat kesenian wayang kulit dicintai kaum milenial.
Ki Seno Nugroho sukses menyajikan pertunjukan wayang kulit yang memadukan antara gagrak Surakarta dan gagrak Yogyakarta.
Gayanya memainkan tokoh punakawan, Petruk, Semar, Gareng, dan Bagong dengan guyonan yang kekinian menjadi daya tarik tersendiri.
Kiprahnya di dunia pedalangan bukan hanya di Indonesia namun juga sudah merambah daratan Eropa seperti Belanda dan Belgia ( Tribunjogja.com )
Artikel ini telah tayang di Tribunjogja.com dengan judul Cerita Dibalik Munculnya Penggemar Ki Seno Nugroho Dipemakaman Mengenakan Topeng