PBNU Sesalkan Pernyataan Presiden Emmanual Macron : Jauh Sekali dari Kebenaran dan Fakta yang Ada

Editor: Weni Wahyuny
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Presiden Prancis Emmanuel Macron ikut serta dalam konferensi bersama Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus di Istana Elysee, Paris, Rabu (8/4/2020).

Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

TRIBUNSUMSEL.COM, JAKARTA - Pernyataan Presiden Emmanual Macron yang mengatakan bahwa Islam merupakan agama yang sedang mengalami krisis di seluruh dunia berbuntut panjang.

Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menyesalkan pernyataan dan sikap orang nomor satu di Prancis itu.

"Pernyataan tersebut sangat tendensius, menggelorakan islamophobia dan memiliki dampak besar terhadap perdamaian dunia," ungkap Sekretaris Jenderal PBNU Helmy Faishal Zaini di keterangannya, Selasa (27/10/2020).

PBNU menilai, radikalisme dan juga ekstremisme tidak memiliki agama. Dua hal itu bisa dimiliki oleh pribadi beragama apapun saja.

"Sehingga menggelorakan propaganda bahwa Islam merupakan agama radikalis dan ekstremis, jauh sekali dari kebenaran dan fakta yang ada," tegasnya.

Baca juga: Umat Kristen Kecam Presiden Prancis yang Dianggap Hina Muslim : Tidak Menghormati Saya

Baca juga: Ada Penampakan Kaki hingga 3 Buaya Siap Menyantap, Detik-detik Penemuan Mayat Wanita di Kolam Buaya

Baca juga: Ayah Sendiri Dijadikan Pasien oleh Mahasiswi Keperawatan, Kisah Dibaliknya Terkuak : Bapakku Ngegas

 

Dirinya melanjutkan, Islam merupakan agama yang rahmatan lil alamin. Islam tampil sebagai agama yang mengusung kasih sayang bagi seisi jagat raya. Maka, sangat tidak benar jika Islam diidentikkan dengan kekerasan. Islam adalah agamah rahmah, kasih sayang dan perdamaian.

Untuk itu, PBNU meminta kepada segenap umat Islam dan warga NU untuk bersikap tenang dan tidak terprovokasi.

"Kami mendorong pemerintah untuk aktif melakukan langkah diplomatik guna mencari solusi terbaik untuk menyikapi keadaan ini," harap dia.

Produk Prancis Diboikot

Pernyataan Presiden Prancis, Emmanuel Macron bahwa menggambarkan Nabi Muhammad sebagai kartun bukan hal yang salah berbuntut panjang.

Seruan memboikot produk-produk asal Prancis tumbuh di sejumlah negara mayoritas Muslim.

Dilansir CNN, Macron menyatakan demikian pekan lalu sebagai penghormatan kepada guru sekolah menengah yang dibunuh. 

Guru bernama Samuel Paty itu dipenggal kepalanya awal Oktober ini dalam serangan teror di wilayah pinggiran Paris.

Paty dihabisi setelah dia menunjukkan kartun Nabi Muhammad di kelas dan menganggapnya sebagai kebebasan berekspresi.

Presiden Macron mengatakan Prancis tidak akan 'menyerah' dengan kasus kartun Nabi Muhammad dan mengaku akan menindak Islamisme ekstrim di negaranya.

Hal ini memicu demonstrasi dan boikot produk Prancis di sejumlah negara mayoritas Muslim.

Baca juga: Sederet Peringatan Puan Maharani ke Pemerintah Soal Vaksin Covid-19

Baca juga: Suruh Suami Urus Bayi, Istri Malah Selingkuh dengan Duda, Tangis Histeris Anak saat Ikut Pergoki Ibu

Baca juga: Awalnya Jerawat Berujung di Ruang Operasi, Viral Seorang Perempuan Diduga Terinfeksi Masker Kain

Baca juga: Heboh Bayi Prematur Ditemukan di Bandara, Wanita Ini Mengaku Dipaaksa Buka Pakaian hingga Ketakutan

 

Presiden Prancis Emmanuel Macron bersama Menteri Pendidikan Prancis Jean-Michel Blanquer, berbicara di depan sebuah sekolah menengah di Conflans Saint-Honorine, 30 km barat laut Paris, pada 16 Oktober 2020, setelah seorang guru dipenggal oleh penyerang karena membawa karikatur Nabi Muhammad SAW. (ABDULMONAM EASSA / POOL / AFP)
Halaman
123

Berita Terkini