Cerita Khas Palembang

Mengenal Sejarah Kesenian Wayang Kulit Palembang, Ini Perbedaannya dengan Wayang Jawa

Penulis: Linda Trisnawati
Editor: Wawan Perdana
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ki Agus Wirawan Rusdi saat memainkan wayang kulit Palembang di Gunz Cafe beberapa waktu lalu.

Lalu warna karakter wayang, kalau Jawa kuning keemasan, kalau Palembang kuning tembaga. Kebanyakan memang mirip dan terjadi klasik.

Kesamaannya dengan Wayang Kulit Jawa yang dari segi karakter nya, sama seperti cerita Ramayan ataupun Gatot Kaca.

"Kalau zaman dahulu waktu wayang kulit Palembang masih tenar, saat akan melakukan penyelengaraan acara Wayang Kulit ada ritualnya.

Sebab kalau zaman dahulu kalau pagelaran Wayang Kulit diadakan semalam suntuk," bebernya.

Ritual khusus yang dilakukan seperti rutinitas membakar kemenyan di malam Jumat Kliwon, bakar ayam dengan nasi kunyit dan lain-lain.

Namun untuk sekarang ritual tersebut tidak diadakan lagi, sebab pertunjukan Wayang Kulit ini hanya beberapa menit saja yaitu 10 menit sampai 30 menit.

"Kalau sekarang paling hanya berdoa saja mintak keselamatan," katanya.

Sementara itu Ketua Dewan Kesenian Palembang (DKP) Mgs Iqbal Rudianto mengatakan, bahwa ia berokomitmen untuk mempertahankan kesenian cerita wayang kulit Palembang dengan cara menggelar kegiatan dengan rutin.

"Paling utama supaya sejarah tidak hilang adalah dengan tetap menjaga dan memviralkan sesuai zaman. Misal wayang kulit Palembang yang selama ini ada di acara formal, maka kini transisi ke acara anak muda, masuk ke tempat nongkrong seperti cafe," katanya.

Selanjutnya, rencana terbaik adalah dengan menggagas ide baru dengan membawa tradisi dan sejarah menjadi ikonis di tempat makan ataupun tempat ngumpul remaja dan anak-anak millenials

Jadi lebih mengenalkan kembalikan kesenian yang ada, agar anak-anak muda tahu dan akhirnya bisa mencintainya.

Berita Terkini