TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Sidang kasus pembunuhan Vera Oktaria, kasir Indomaret dengan terdakawa Prajurit Dua Deri Pramana/Prada DP kembali digelar besok di Pengadilan Militer.
Sidang masih dengan agenda mendengarkan kesaksian para saksi-saksi.
Ada tiga orang saksi yang rencananya bakal dihadirkan pada sidang besok.
Tapi pada sidang sebelumnya, majelis hakim meminta oditur/penuntut untuk menghadirkan saksi yang belum bisa hadir.
Salah satunya yakni Dodi, paman Prada DP yang kabarnya menghilang.
Dodi dalam dakwaan disebut sebagai orang yang pertama kali tahu Prada DP membunuh Vera Oktaria.
Ikhawal Dodi Menghilang
Dodi Karnadi kini menghilang entah kemana.
Namanya disebut dalam dakwaan sebagai orang yang pertama kali tahu bahwa Prada DP membunuh Vera Oktaria.
Dodi Karnadi adalah salah satu paman Prada DP yang tinggal di Sungai Lilin, dekat dengan Penginapan Sahabat Mulya, tempat Prada DP membunuh Vera Oktaria di kamar 06.
Kemarin seharusnya Dodi Karnadi datang sebagai saksi di persidangan ketiga Prada DP.
Namun Dodi kini menghilang tanpa jejak.
"Surat dari kepala desanya menyatakan bahwa saudara Dodi Karnadi memang benar tidak berada di tempat dan tidak diketahui keberadaannya," ujar ketua majelis hakim Letkol Chk Khazim SH yang membacakan surat keterangan dari kepala desa tempat Dodi Karnadi tinggal.
Menanggapi hal tersebut, ketua majelis hakim menegaskan agar para saksi, diupayakan dapat dihadirkan pada persidangan mendatang.
"Namun demikian, harus diupayakan agar seluruh saksi dapat hadir dalam persidangan," ujarnya.
Sidang kembali ditunda dan akan dilanjutkan pada Selasa (13/8/2019) mendatang.
Selain Dodi Karnadi, Prada DP juga berkomunikasi dengan Imam Satria (36 tahun).
Imam disebut sebagai orang yang menyarankan Prada DP membakar mayat Vera Oktaria.
Kini Imam telah meninggal dunia.
• Kronologi Detik-detik Jenazah Vera Oktaria yang Dimutilasi Prada DP Ditemukan, Curiga Kamar 06
• Kronologi Pagi Buta Prada DP Bawa Masuk Vera Oktaria ke Hotel, Vera Sempat Tunggu di Luar
Imam, Dodi dan Teguh
Kronologi Lengkap
Pagi, 8 Mei 2019, usai membunuh Vera di kamar Penginapan Sahabat Mulia Sungai Lilin, Prada DP mulai berpikir bagaimana menghilangkan mayat Vera.
Pada Pukul 06.00, Prada DP kemudian berpakaian dan keluar dari kamar dan menuju teras belakang penginapan tersebut.
Prada DP lalu masuk ke gudang yang tak ada orang di sana.
Ia melihat ada sebuah gergaji besi bekas tidak bergagang.
Prada DP lalu mengambil gergaji itu dan membawa ke kamarnya lagi.
"Di dalam kamar terdakwa melepas pakaiannya dan hanya menggunakan celana dalam dan selanjutnya mambawa masuk mayat Vera ke dalam kamar mandi," kata Oditur.
Prada DP lalu merebahkan tubuh tak bernyawa Vera di samping kloset.
"Terdakwa lalu memotong siku tangan kanan korban dengan gergaji yang diambilnya dari gudang. Sebelum tangan korban putus, gergaji yang digunakan patah," kata Oditur.
Lantas Prada DP lalu berpikir lagi bagaimana membuang mayat korban.
Pukul 08.00, Prada DP lalu keluar kamar dengan membawa patahan gergaji besi dibungkus pakaian dengan tas ransel.
Ia mengendarai sepeda motor milik Vera lalu pergi ke Jembatan Sungai Lilin. Di sana Prada DP lalu membuang pakaian dan gergaji besi itu.
Setelah itu Prada DP pergi ke rumah Dodi. Belakangan terungkap Dodi merupakan paman terdakwa Prada DP.
Pada Dodi, Prada DP lalu mengaku ia telah membunuh Vera Oktaria.
Prada DP lalu memberi uang pada Dodi untuk membeli plastik besar untuk membuang mayat Vera.
Setelah mendapatkan kantong plastik itu, Prada DP lalu berangkat ke pasar Sungai Lilin.
"Terdakwa membeli jeruk dan salak 1 kilogram dan gergaji besi Rp 50 ribu dan kembali ke penginapan," katanya.
Sampai di penginapan, Prada DP lalu memberi salak tadi pada petugas resepsionis.
Ia lalu masuk kamar 06 lagi. Ia lalu membuka pakaiannya dan menggergaji tubuh korban lagi.
Ia lalu melanjutkan memotong siku Vera sampai putus.
Ia lalu melanjutkan menggergaji bagian tubuh lain tapi kemudian gergaji itu kembali patah.
Bingung, Prada DP lalu menelepon Teguh dan meminta dibelikan gergaji tapi ditolak.
Prada DP lalu pergi ke pasar Sungai Lilin lagi.
Di sana ia lalu membeli tiga ransel.
Namun sesampai di hotel Prada DP merasa tiga tas tadi kurang besar dan ia kembali ke Pasar Sungai Lilin lagi untuk membeli koper.
Prada DP lalu mengukur tubuh Vera dengan koper. Ia lalu meletakkan potongan tangan Vera ke koper itu.
Ia lalu kembali lagi ke Pasar Sungai Lilin untuk membeli koper yang lebih besar sekitar pukul 10.00.
Setelah itu ia kembali kemar dan meletakkan koper itu.
Prada DP merasa ia sudah tiga kali bolak-balik keluar lalu ke kamar. Untuk itu ia menutupi kecurigaan orang dengan berpura-pura menonton televisi.
Ia lalu makan jeruk yang dibelinya tadi sambil tidur-tiduran.
Pukul 15.00, Prada DP lalu keluar membawa baju seragam indomaret milik Vera dan pakaian barang-barang lainnya.
Pakaian itu lalu dibuang dari atas jembatan lagi.
Prada DP lalu membeli gergaji kayu, kapak dan cutter.
Ia lalu ke rumah Teguh untuk menitipkan ponsel milik korban dan miliknya.
Teguh dan Prada DP lalu menelepon orang bernama Imam. Saat ini Imam sudah meninggal dunia.
Prada DP bertanya bagaimana cara menghilangkan mayat. Imam lalu memberikan ide, bakar saja.
Prada DP lalu menyuruh Imam untuk membeli perlengkapan dengan uang Rp 70 ribu.
Setelah mendapatkan perlengkapan, Prada DP lalu pergi lagi ke penginapan Sahabat Mulia.
Kemudian sesampai di kamar, Prada DP mulai mngeluarkan racun nyamuk berbentuk spiral dan merakit racun nyamuk itu dengan korek api agar jadi seperti pemicu kebakaran.
Ia lalu mengangkat mayat Vera dan meletakkkannya di atas kasur. Ia menyiram sedikit mayat Vera dengan bensin.
Ia lalu meletakkan barang-barang yang sudah disiram dengan bensin ke atas tubuh Vera.
Namun saat memulai proses untuk membakar, Prada DP tiba-tiba mengaku kasihan. Ia kemudian menyiram racun nyamuk menyala yang jadi pemicu itu dengan air.
Pukul 17.30, Prada DP kembali ke rumah Teguh dan kembali bertemu dengan Imam.
"Imam lalu bilang, masa sudah diajarin masih nggak bisa," kata Imam saat itu.
Prada DP lalu kembali ke kamar penginapan. Ia lalu membakar lagi racun nyamuk itu.
Setelah itu Prada DP meninggalkan kamar itu dan tak kembali lagi.
Ternyata belakangan pemicu itu tak berfungsi hingga akhirnya mayat Vera yang sduah membusuk ditemukan.
Malam setelah meninggalkan Hotel Prada DP lalu pergi ke rumah kerabatnya dan bertemu dengan Leni, ibu Prada DP yang sudah di sana.
Atas keterlibatan nama-nama dalam dakwaan ini, saat ini statu