Getaran gempa palu membuat perubahan perilaku tanah yang sebelumnya padat menjadi cair.
Perubahan sifat tanah tersebut membuat rumah-rumah yang berdiri di atas tanah Petobo dan Balaroa bergeser dan tertimbun oleh tanah.
Mengutip dari Tribunnews.com, korban likuifaksi gempa Palu di tanah Petobo, Balaroa, dan Jono Oge yang diduga tertelan lumpur diduga berjumlah 5 ribu orang.
Cari Anak
Pada Jumat, 28 September 2018, gempa 7,4 SR mengguncang pada hari Jumat (28/9/2018). Gempa disusul tsunami. Sekitar 744 unit rumah di Kelurahan Petobo, Palu Selatan, tertimbun lumpur akibat gempa yang dikenal sebagai likuifaksi.
Satu keluarga korban tertimbun lumpur di antaranya adlaah keluarga Lisman alias Bucek. Lisman kehilangan istri dan dua anak gadisnya.
Dua hari sejak bencana itu, Lisman mencari ketiga orang keluarga tercinta setiap hari selama sebulan penuh. Dan hingga kini, Rabu (31/7/2019), Lisman masih mencari jasad orang-orang yang dicintainya.
Bahkan tak jarang Lisman datang dan beristirahat di lokasi yang dia yakini sebagai tempat anak dan istri tercintanya tertimbun.
"Selama satu bulan, dua hari pascabencana, saya setiap hari mencari istri dan anak, tapi tidak juga ketemu, sampai dengan hari ini," ujar Lisman, saat ditemui TribunPalu.com di area eks-likuefaksi Petobo, Rabu (31/7/2019) sore.
Dengan nada sendu, Lisman bercerita saat malapetaka likuifaksi itu terjadi dan menelan anak dan istrinya.
Istri Lisman bernama Fatmawati, sedangkan anak pertamanya bernama Nur Ainun dan si bungsu Riski Akila.
Anak pertamanya, seharusnya sudah masuk perguruan tinggi tahun ini, sedangkan si bungsu sudah belajar di PAUD.
Hadiri Hajatan Keluarga Kerabat
Pada Jumat 28 September 2018 sore, Lisman bersama keluarga sedang berada di rumah kerabat yang sedang melaksanakan hajatan.
Lokasi rumah hajatan hanya berjarak beberapa rumah dari kediaman Lisman.