Miris, Caleg Gagal Asal Pekalongan Jual Ginjalnya Demi Tutupi Utang Selama Kampanye Rp 420 Juta
TRIBUNSUMSEL.COM - Kini kita tengah menikmati euforia pemilihan umum atau pemilu 2019.
Tak hanya memilih calon presiden dan wakilnya, kita juga memilih wakil rakyat yang akan duduk di DPR.
Banyak calon legislatif (caleg) dari berbagai kalangan yang mengajukan dirinya sebagai wakil rakyat.
Namun, tak semua yang mencalonkan diri ini akan bisa maju dan melenggang ke parlemen.
Salah satu hal yang niscaya terjadi dalam pemilu legislatif 2019 adalah adanya calon-calon anggota legislatif yang gagal mendapat suara yang cukup untuknya lolos ke parlemen.
• BREAKING NEWS: Ibu dan Anak Tewas di Swakarya II Palembang, Diduga Ibu Bunuh Anak Lalu Bunuh Diri
• Sebentar Lagi Resmi Jadi Istri Ammar Zoni, Irish Bella Malah Bersikap Manja dengan Sosok Wanita ini
• Ifan Seventeen dan Emil Dardak Sedih Saat Lihat Surat Suara, Ada Foto Orang Tercinta Telah Tiada
• 5 Pasangan Artis Ini Pilih Bercerai Tapi Tetap Akur, Momen Pertemuan Jamal Mirdad dan Lidya Kandou
Kondisi ini tak jarang berujung pada kondisi kejiwaan dari "si caleg gagal", atau kadang juga keruntuhan kondisi ekonomi akibat dana besar yang digunakan untuk kampanye.
Apalagi, jika dana kampanye tersebut berasal dari utang yang jumlahnya sangat besar.
Seperti yang terjadi pda seorang caleg asal Pekalongan berikut ini pada pemilu legislatif 2014 silam.
Chandra Saputra (26), warga Pekalongan, Jawa Tengah, sudah 10 hari berada di Jakarta. Dikejar utang dana kampanye, caleg gagal ini ingin jual ginjal miliknya.
Ia mencalonkan diri sebagai caleg Dapil 4 Kabupaten Pekalongan, tetapi gagal mendapatkan suara yang bisa mengantarnya ke kursi DPRD sehingga kabur dari kampungnya di Kecamatan Cepu, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, karena dikejar-kejar penagih utang.
Kepergiannya ke Jakarta hanya untuk menjual ginjalnya dan rencananya uang tersebut akan dipakai untuk melunasi sejumlah utangnya sekitar Rp420 juta.
Uang sebesar itu dipergunakan untuk biaya kampanye Pemilihan Caleg 2014 Dapil 4 Kabupaten Pekalongan.
"Saya dari tanggal 5 Mei sudah di Jakarta. Saya dari kampung di Kecamatan Cepu, naik kereta turun di Stasiun Jatinegara," ujarnya saat diwawancarai Warta Kota, Selasa (13/5/2014), di Masjid Agung Sunda Kelapa, Menteng, Jakarta Pusat, tempat ia mengasingkan diri.
Ia mengaku hanya membawa delapan setel di tas kopor berwarna coklatnya.