Baca tanpa iklan
Laporan Wartawan Tribunsumsel.com Farlin Addian
TRIBUNSUMSEL.COM, MURATARA-Seorang pelaku pengeroyokan dokter Wiyoga (24 tahun) dan sopir ambulan Suharyono (44) di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Rupit, Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara), diamankan jajaran Polsek Rupit.
Pengeroyokan terjadi di RSUD Rupit, Kamis, 13 Desember 2018 sekitar pukul 13.30 WIB.
Pelaku berjumlah 3 orang yakni Dedi Iskandar (40 tahun) warga Desa Beringin Saksi Kecamatan Rawas Ilir, saat ini sudah diamankan, Kamis (3/1/2019).
Dedi Iskandar sedang menjalani sidang di PN Lubuklinggau.
• Inilah Sosok 2 Pria Gondrong dan Kurus Pembunuh Calon Pendeta Melinda Zidemi
• Pekerja Jargas Temukan 3 Granat Nanas di Prabumulih, Untung Saat Kami Cangkul Tidak Meledak
Sedangkan, Wawan (30 tahun) warga Desa Lubuk Rumbai Baru, Kecamatan Rupit masih dalam daftar pencarian orang (DPO).
Sementara Feri (42 tahun) warga Desa Beringin Sakti, Kecamatan Rawas Ilir baru diamankan.
Kapolres Musi Rawas, AKBP Suhendro melalui Kapolsek Rupit, AKP Bakri Redi Cahyono, membenarkan salah satu pelaku pengeroyokan dokter dan supir ambulan di RSUD Rupit bernama Feri diamankan.
Feri diamankan setelah adanya informasi hasil penyelidikan bahwa dia sedang berada di Desa Batu Gajah, Kecamatan Rupit, Kabupaten Muratara.
• Dituduh Maling Motor, Dikeroyok Satu Keluarga dan Ditusuk, Soleh Buat Laporan ke Polresta Palembang
• Foto Wajah 2 Pelaku Pembunuh Calon Pendeta Melinda Zidemi, Nang dan Han kenal dengan Melinda Zidemi
"Kita langsung intruksikan Kanit Reskrim dan anggota untuk bergerak kelokasinya dan menangkap pelaku tersebut," ungkapnya.
Feri berhasil diamankan tanpa melakukan perlawanan sehingga langsung dibawa ke Polsek Rupit dan diserahkan ke Sat Reskrim Polres Musi Rawas untuk dilakukan pemeriksaan.
Diceritakan bahwa peristiwa pengeroyokan yang terjadi pada Kamis (13/12/2018) lalu sekitar pukul 13.30 WIB.
Pengeroyokan bermula saat mereka mengantarkan istri Feri ke RSUD Rupit.
Setelah dilakukan penanganan oleh tim medis RSUD Rupit lalu pasien di standby kan di ruang IGD.
Namun karena merasa menunggu terlalu lama dan menilai lambannya penanganan pihak rumah sakit sehingga membuat para keluarga pasien emosi dan menggebrak meja.