HUT Brimob ke 73

HUT Brimob ke-73: Kisah Panglima Legendaris Brimob Tak Tergoda Emas Hingga Dihormati Prabowo

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Komjen Moehammad Jasin.

Dia gemar mengumpulkan tahanan wanita-wanita Belanda untuk dijadikan sebagai gundik.

Tak ada yang berani menegur apalagi menghukum Sabarudin atas kelakuannya yang beringas.

Puncaknya Sabarudin menculik Mayor Jenderal Mohammad. Seorang petinggi TKR di Surabaya.

Alasannya karena Mohammad yang bertanggung jawab atas urusan dana perjuangan ini tidak memberinya uang.

Mohammad berpendapat Sabarudin tidak dapat mempertanggungjawabkan dana perjuangan yang diberikan pada kesatuannya.

Maka markas besar angkatan perang merasa perlu mengambil tindakan tegas. Jenderal Soedirman sendiri yang memanggil Inspektur Polisi Jasin ke Yogyakarta.

Jasin adalah Komandan P3 atau Pasukan Polisi Perjuangan, saat ini disebut Brigade Mobil atau Brimob.

Soedirman memerintahkan Jasin melucuti pasukan Sabarudin dan menangkapnya.

Jasin sempat bertanya mengapa tugas ini tidak dberikan pada Angkatan Darat?

“Pimpinan Divisi Tentara itu takut pada Mayor Sabarudin. Oleh karena itu saya memberikan tugas itu pada Saudara Jasin. Panglima besarlah yang bertanggung jawab,” demikian jawaban Sudirman seperti ditulis dalam buku Memoar Jasin Sang Polisi Pejuang: Meluruskan Sejarah Kepolisian Indonesia yang diterbitkan Gramedia Pustaka Utama, Jakarta tahun 2010.

Maka Jasin pun mengumpulkan pasukannya di Surabaya dan menggerebek Markas Mayor Sabarudin.

Tanpa perlawanan Sabarudin menyerah. Pasukan Jasin pun menahan dan melucuti mereka.

“Dalam penggerebekan itu ditemukan delapan wanita Eropa yang sedang hamil dan empat besek penuh perhiasan emas dan berlian. Wanita dan emas itu diduga dirampas dari kamp-kamp tahanan bangsa Eropa,” kata Jasin.

Melihat emas dan berlian yang melimpah ruah itu Jasin tak tergoda.

Sebenarnya bisa saja dia mengambil benda berharga tersebut.

Halaman
1234

Berita Terkini