TRIBUNSUMSEL.COM -- Catatan yang ditinggalkan penyanyi K-pop, Kim Jong-hyun yang dikenal dengan Jonghyun, menunjukkan sisi gelap dari industri musik Korea Selatan.
Seorang mantan bintang K-pop, Prince Mak, mengungkap band semi terkenal mengalami perjuangan paling berat karena harus hidup dengan apa yang ia sebut "kontrak perbudakan."
Jonghyun, penyanyi utama band Shinee, meninggal di rumah sakit Seoul Senin (18/12/2017) setelah ditemukan tak sadar di apartemennya.
Dalam catatan yang ia tinggalkan, penyanyi berusia 27 tahun itu menyebutkan, "Saya hancur dari dalam."
Jonghyun memiliki banyak penggemar di negara asalnya dan di seputar Asia.
Tak berlebihan jika K-pop disebut sebagai salah satu ekspor budaya Korea Selatan yang paling berhasil.
Dalam 10 tahun terakhir, Shinee, Super Junior, Girls' Generation dan band-band lain merupakan pilar di balik industri film, musik dan drama TV Korea yang merambah tak hanya Asia namun juga Eropa.
Meski demikian, ada harga yang harus dibayar untuk popularitas para bintang K-pop.
Mereka harus menjalani persaingan dan latihan super ketat.
Bukan hanya itu. Di balik gemerlap K-pop, agen-agen pencari bakat dan manajemen artis menjalankan industri ini dengan tangan besi.
Manajemen artis mengatur berbagai aspek kehidupan para penyanyi, mulai dari gaya musik, baju, makanan, sampai penggunaan telepon seluler.
Para artis juga harus mengikuti peraturan ketat untuk menjaga penampilan mereka sebagai idola.
Bahkan, pacaran sampai menikah harus mengikuti peraturan yang ditetapkan oleh para agen.
Namun, walaupun K-pop dan juga J-pop di Jepang adalah industri jutaan dolar, para bintang mendapat gaji kecil dan tak mendapatkan penghasilan besar.
Kontrak perbudakan