Suka Tidur Bareng Ular Peliharaan, Gadis Cantik Syok Saat Dokter Beri Penjelasannya Ini, Mengerikan!

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi

Bila bisa menyebar, dampaknya bisa melumpuhkan otot-otot pernafasan. Bila terlalu lama, kondisi itu bisa berakhir pada kematian.

Dalam kasus Ananda, dia langsung dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah Wates dengan menghabikan waktu sekitar 40 menit.

Kemudian, Ananda dirujuk kembali ke Rumah Sakit Umum Pusat Sardjito yang memakan waktu sekitar satu jam. Di RSUP Sardjito, Ananda langsung ditempakan di ruang ventilator.

Tindakan RSUP Dr Sardjito menaruh Ananda di ventilator sudah benar dan menjadi faktor utama yang membuat dia akhirnya selamat.

“Kalau lebih lama lagi fatal. Karena di Sardjito langsung masuk ventilator jadi lumayan tertolong tapi sel otak yang mengalami kematian sudah banyak,” ujar Tri.

Kematian sejumlah sel otak itulah yang memicu ketidakmampuan Ananda bicara serta kelumpuhan yang kini dialaminya.

Menurut Tri, Ananda masih bisa mempertahankan sel otak yang masih hidup. Caranya dengan meminum obat dari dokter spesialis anak yang menanganinya dan dilakukan fisioterapi.

Obat itu harus dikonsumsi secara kontinyu untuk menghindari kejang yang berakibat pada kekurangan oksigen.

Ananda tak bisa dikembalikan seperti semula akibat kematian sel otak. Namun dengan fisioterapi, kualitas hidupnya masih bisa ditingkatkan.

“Dengan proses fisioterapi yang bagus dia masih bisa melakukan aktivitas meski tidak kayak anak normal. Bisa menggerakkan tangan dan kaki. Anak itu masih bertumbuh,” kata Tri. (Kompas.com/ Lutfi Mairizal)

Dilansir dari Kompas.com dengan judul: Pelajaran dari Kasus Ananda yang Lumpuh akibat Gigitan Ular Berbisa

Berita Terkini